Azyumardi Azra: Lingkungan Indonesia Kurang Kondusif untuk Ekspresi Intelektual Publik

- Jurnalis

Jumat, 25 Februari 2022 - 06:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Azyumardi Azra. Foto: Satupena

Azyumardi Azra. Foto: Satupena

1tulah.com– Lingkungan politik dan sosial-budaya Indonesia tampaknya tidak terlalu kondusif bagi ekspresi intelektual publik. Tetapi, masih ada ruang bagi intelektual publik untuk menunaikan tanggung jawab moral mereka. Maka perlu niat, tekad, dan kesediaan berkorban untuk tujuan yang mulia.

Hal itu dinyatakan cendekiawan Prof. Azyumardi Azra, CBE dalam Webinar di Jakarta, Kamis (24/2/2022), yang diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA. Pemandu diskusi adalah Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani.

Azyumardi mengungkapkan, ada kalangan intelektual yang setelah berjuang “dari luar” kekuasaan, merasa kehilangan kesabaran. Mereka lalu terjun ke politik dan berusaha memperbaiki keadaan “dari dalam.” Tetapi, mereka lalu mengalami kekecewaan.

“Ketika sampai pada politik kekuasaan, hanya ada dua pilihan bagi intelektual publik,“ tegas Azyumardi.

Pertama, mengorbankan idealisme moral-politik, dan berkompromi dengan realitas dan proses politik yang ada. Kedua, kembali ke dunia intelektualisme publik, sebelum integritas mereka betul-betul hancur.

Menurut Azyumardi, pilihan pertama sangat pahit. Pilihan kedua mungkin tak begitu pahit. Pilihan kedua juga lebih sesuai dengan kerangka etis dan moral kaum intelektual publik.

“Tetapi, tidak jarang ketika mereka kembali, the damaged has been done. Citra personal mereka sedikit banyak telah terganggu. Memulihkan citra ini juga bukan sesuatu yang mudah. Inilah dilema intelektual publik,” tegas Azyumardi.

Azyumardi mengakui, dunia intelektualisme berbeda dengan dunia politik. Khususnya di Indonesia, yang masih belum menemukan bentuk dan proses yang mapan. Pada tingkat rakyat, idealisme kaum intelektual publik juga cenderung sulit dipahami, terlalu abstrak dan teoritis.Juga tidak memberikan insentif ekonomis yang mereka harapkan.

Berita Terkait

Catatan Represi Aparat Warnai Demo Tolak UU TNI: Demokrasi Terancam?
Kebebasan Pers Terancam, Demokrasi Indonesia Dipertanyakan?
Fenomena Tsundoku: Mengapa Kita Membeli Buku Tetapi Tidak Membacanya?
[OPINI] HSU Bangkit: Menanti Realisasi Janji Politik Sahrujani-Hero Setiawan
[OPINI] Kepala Daerah Terpilih Harus Bisa Meningkatkan PAD Hulu Sungai Utara Melalui Inovasi, Ekonomi Kreatif-Digitalisasi
Terkuak Bisnis Kiky Saputri, Diduga Terlibat Kasus Pencucian Uang
Diskriminasi Terhadap Perempuan Bekerja: Saatnya Ubah Pandangan!
WASPADA! Strategi Buzzer Politik: Manfaatkan Identitas untuk Menang Pilkada

Berita Terkait

Minggu, 6 April 2025 - 09:38 WIB

Catatan Represi Aparat Warnai Demo Tolak UU TNI: Demokrasi Terancam?

Kamis, 27 Maret 2025 - 10:24 WIB

Kebebasan Pers Terancam, Demokrasi Indonesia Dipertanyakan?

Jumat, 28 Februari 2025 - 08:04 WIB

Fenomena Tsundoku: Mengapa Kita Membeli Buku Tetapi Tidak Membacanya?

Senin, 24 Februari 2025 - 13:49 WIB

[OPINI] HSU Bangkit: Menanti Realisasi Janji Politik Sahrujani-Hero Setiawan

Selasa, 18 Februari 2025 - 10:11 WIB

[OPINI] Kepala Daerah Terpilih Harus Bisa Meningkatkan PAD Hulu Sungai Utara Melalui Inovasi, Ekonomi Kreatif-Digitalisasi

Minggu, 29 Desember 2024 - 19:20 WIB

Terkuak Bisnis Kiky Saputri, Diduga Terlibat Kasus Pencucian Uang

Sabtu, 30 November 2024 - 19:21 WIB

Diskriminasi Terhadap Perempuan Bekerja: Saatnya Ubah Pandangan!

Rabu, 20 November 2024 - 06:14 WIB

WASPADA! Strategi Buzzer Politik: Manfaatkan Identitas untuk Menang Pilkada

Berita Terbaru