Deforestasi Global Makin Parah: Sepertiga Hutan Hilang Permanen, Ancaman Nyata di Depan Mata!

- Jurnalis

Jumat, 13 Juni 2025 - 12:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Hutan Amazon (unsplash)

Ilustrasi Hutan Amazon (unsplash)

1TULAH.COM-Kabar buruk dari garis depan lingkungan hidup: dunia kehilangan hutan lebih cepat dari kemampuan bumi untuk memulihkannya. Kini, kita tak hanya tahu di mana pepohonan hilang, tapi juga mengapa mereka tak kembali.

Sebuah laporan terbaru dari World Resources Institute (WRI) dan Google DeepMind memetakan penyebab deforestasi secara rinci, mengungkap fakta mengejutkan: sepertiga dari seluruh kehilangan tutupan pohon global sejak tahun 2001 bersifat permanen.

Ini artinya, pohon-pohon yang hilang itu tidak akan tumbuh kembali secara alami. Demikian seperti dilansir dari Euronews, Jumat (13/06/2025). Pertanian, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur menjadi penyebab utamanya. Data ini mengingatkan kita bahwa hilangnya hutan bukan sekadar dampak teknis, tapi sebuah peringatan ekologis yang tidak bisa diabaikan.

Mitos Kebangkitan Hutan Terpatahkan: 177 Juta Hektar Hutan Hilang Selamanya

“Kita sudah lama mengetahui di mana hutan hilang. Sekarang kita lebih memahami alasannya,” kata Michelle Sims, rekan peneliti di WRI. “Pengetahuan ini penting untuk mengembangkan tindakan yang lebih cerdas di tingkat regional, nasional, dan bahkan lokal – untuk melindungi hutan yang tersisa dan memulihkan hutan yang terdegradasi.”

Temuan tersebut juga membongkar mitos lama: bahwa semua hutan bisa pulih seiring waktu. Faktanya, sebanyak 177 juta hektar hutan yang hilang antara 2001 dan 2024 tidak akan kembali. Bayangkan, luasan itu hampir setara dengan seluruh wilayah Thailand!

Baca Juga :  Gunung Semeru Erupsi Dua Kali, Tinggi Letusan Capai 1000 Meter

Dari angka itu, 95 persen disebabkan oleh pertanian berkelanjutan, dan separuhnya terjadi di kawasan hutan hujan tropis. Ironisnya, kawasan ini adalah rumah bagi keanekaragaman hayati tertinggi dan penyimpan karbon terbesar di bumi. Artinya, hampir seluas Thailand telah berubah fungsi secara permanen, dari hutan menjadi lahan pertanian, tambang, atau kota. Ini adalah pukulan telak bagi upaya konservasi dan mitigasi perubahan iklim.

Solusi di Tengah Ancaman: Teknologi dan Kebijakan Berbasis Data

Namun, bukan berarti tak ada solusi. Laporan ini bukan sekadar alarm, tetapi juga peta jalan. Teknologi penginderaan jauh dan kecerdasan buatan kini bisa mengidentifikasi pola deforestasi dengan lebih akurat. Data ini memberi peluang bagi pemerintah, masyarakat adat, hingga pelaku industri untuk merancang strategi yang sesuai dengan konteks wilayahnya.

Di Eropa, misalnya, 91 persen kehilangan tutupan pohon disebabkan oleh penebangan terencana. Di Swedia, penebangan bahkan menyumbang 98 persen dari total kehilangan tutupan pohon. Tapi negara ini juga menerapkan sistem regenerasi hutan: pohon ditanam kembali atau dibiarkan tumbuh alami. Ini bukan sistem yang sempurna, namun menunjukkan bahwa pengelolaan hutan bisa diarahkan agar tetap produktif sekaligus berkelanjutan.

Sayangnya, harapan semacam itu tak selalu berlaku secara global. Di wilayah tropis dan subtropis, perubahan iklim, kebakaran, serta tekanan ekonomi membuat regenerasi hutan menjadi jauh lebih kompleks. “Hanya karena pohon tumbuh kembali, bukan berarti hutan kembali ke keadaan semula,” ujar Radost Stanimirova, peneliti WRI lainnya. Ini menggarisbawahi pentingnya mempertahankan hutan yang ada, bukan hanya berfokus pada penanaman kembali.

Baca Juga :  Shalahuddin-Felix Jika Terpilih Bangun Jembatan Penyebrangan di Lahei

Menegakkan Tata Ruang Ekologis dan Mengelola Risiko Kebakaran

Untuk mencegah hilangnya hutan secara permanen, laporan ini merekomendasikan beberapa pendekatan krusial. Pertama, penting untuk mengedepankan tata ruang ekologis dalam setiap pembangunan infrastruktur. Artinya, pembangunan harus mempertimbangkan dampak lingkungan secara menyeluruh dan meminimalkan kerusakan hutan.

Kedua, Peraturan Deforestasi Uni Eropa disebut sebagai salah satu regulasi yang perlu ditegakkan secara serius. Ini agar rantai pasok global tidak terus-menerus mendorong deforestasi di negara-negara produsen. Regulasi yang kuat bisa menjadi penekan bagi industri untuk beroperasi lebih bertanggung jawab.

Terakhir, risiko kebakaran hutan juga perlu dikelola dengan pendekatan yang lebih kontekstual. Sistem peringatan dini harus disesuaikan dengan ekosistem setempat, bukan sekadar mengandalkan data historis atau solusi umum. Pencegahan yang tepat sasaran akan jauh lebih efektif dalam melindungi sisa hutan yang ada.

Data ini menjadi pengingat keras bagi kita semua. Langkah nyata dan kolaborasi global sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan hutan-hutan di dunia sebelum terlambat. Apakah Anda siap mengambil peran dalam upaya penyelamatan ini? (Sumber:Suara.com)

Berita Terkait

Tom Lembong Divonis 4,5 Tahun Penjara dalam Kasus Korupsi Impor Gula
Sidang Vonis Hasto Kristiyanto Dijadwalkan pada 25 Juli
Wamendagri Berkunjung ke Barito Utara, Bawaslu Lapor Sudah Tangani 3 Perkara Laporan Termasuk Netralitas ASN
Tinggalkan Saweran TikTok, Pinkan Mambo Fokus Bangun Kerajaan Donatnya
Hasto Kristiyanto Tuding Tuntutan 7 Tahun Penjara Adalah ‘Pesanan’: Kasus Hukumnya Sebut Mengandung Intervensi Politik?
Abraham Samad Bantah Terseret Kasus Ijazah Palsu Jokowi: Ancam Kriminalisasi!
Dukungan DPRD Kalteng untuk Pemutihan Pajak Kendaraan: Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak!
Program Cetak Sawah di Kalteng: Antara Target Ambisius dan Realita Lapangan
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 18 Juli 2025 - 19:32 WIB

Tom Lembong Divonis 4,5 Tahun Penjara dalam Kasus Korupsi Impor Gula

Jumat, 18 Juli 2025 - 17:28 WIB

Sidang Vonis Hasto Kristiyanto Dijadwalkan pada 25 Juli

Jumat, 18 Juli 2025 - 15:23 WIB

Wamendagri Berkunjung ke Barito Utara, Bawaslu Lapor Sudah Tangani 3 Perkara Laporan Termasuk Netralitas ASN

Jumat, 18 Juli 2025 - 15:08 WIB

Hasto Kristiyanto Tuding Tuntutan 7 Tahun Penjara Adalah ‘Pesanan’: Kasus Hukumnya Sebut Mengandung Intervensi Politik?

Jumat, 18 Juli 2025 - 15:00 WIB

Abraham Samad Bantah Terseret Kasus Ijazah Palsu Jokowi: Ancam Kriminalisasi!

Jumat, 18 Juli 2025 - 10:24 WIB

Dukungan DPRD Kalteng untuk Pemutihan Pajak Kendaraan: Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak!

Jumat, 18 Juli 2025 - 10:18 WIB

Program Cetak Sawah di Kalteng: Antara Target Ambisius dan Realita Lapangan

Jumat, 18 Juli 2025 - 08:59 WIB

Buronan Korupsi Pembangunan Mess Guru MAN Insan Cendekia Lampung Timur, Khusni Mubarak, Akhirnya Tertangkap

Berita Terbaru

Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto (sumber: suara,com)

Berita

Sidang Vonis Hasto Kristiyanto Dijadwalkan pada 25 Juli

Jumat, 18 Jul 2025 - 17:28 WIB