1TULAH.COM – Umat Islam sangat disunnahkan untuk melakukan amalan ketika memasuki bulan Rajab, salah satunya puasa sunnah. Mengingat jarak antara bulan Rajab dengan Ramadhan cukup berdekatan, maka tak sedikit umat Islam yang melaksanakan puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan sekaligus. Apakah dibolehkan untuk berniat puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan di pagi hari?
Dilansir dari NU Online, anjuran mengerjakan puasa sunnah Rajab sendiri tercantum dalam dalil anjuran umum berpuasa di bulan-bulan mulia (Muharram, Rajab, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah). Sementara itu, puasa qadha ramadhan adalah puasa yang dikerjakan oleh umat Islam untuk membayar utang puasa Ramadhan di tahun sebelumnya. Adapun hukum qadha puasa Ramadhan ini tersebut adalah wajib.
Apakah Boleh Niat Puasa Rajab digabungi dengan Qadha Ramadhan di Pagi Hari?
Menurut NU Online yang merujuk dari Niat Puasa Rajab Digabung dengan Qadha Puasa Ramadhan? karya M. Mubasysyarum Bih, menggabungkan niat puasa Rajab sekaligus puasa qadha Ramadhan di pagi hari hukumnya diperbolehkan (sah). Bahkan menurut pendapat Syekh al-Barizi, meskipun hanya membaca niat qadha puasa Ramadhan saja, maka secara otomatis pahala berpuasa di bulan Rajab juga bisa didapatkan selama dikerjakan pada bulan itu.
Pendapat ini berdasarkan dari Syekh Zainuddin al-Malibari dan Syekh Abu Bakr bin Syatha dalam kitab Fathul Mu’in beserta hasyiyahnya, I’anatuth Thalibin yang berbunyi:
وبالتعيين فيه النفل أيضا فيصح ولو مؤقتا بنية مطلقة كما اعتمده غير واحد (وقوله ولو مؤقتا) غاية في صحة الصوم في النفل بنية مطلقة أي لا فرق في ذلك بين أن يكون مؤقتا كصوم الاثنين والخميس وعرفة وعاشوراء وأيام البيض أو لا كأن يكون ذا سبب كصوم الاستسقاء بغير أمر الإمام أو نفلا مطلقا (قوله بنية مطلقة ) متعلق بيصح فيكفي في نية صوم يوم عرفة مثلا أن يقول نويت الصوم ( قوله كما اعتمده غير واحد) أي اعتمد صحة صوم النفل المؤقت بنية مطلقة وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في يوم راتبان كعرفة ويوم الخميس انتهى
Artinya:
“Dan dikecualikan dengan pensyaratan ta’yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardlu, yaitu puasa sunnah, maka sah berpuasa sunnah dengan niat puasa mutlak, meski puasa sunnah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama.
kata Syekh Zainuddin: meski puasa sunnah yang memiliki jangka waktu ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunnah dengan niat puasa mutlak, maksudnya yaitu tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut diantara puasa sunnah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura’ dan hari-hari tanggal purnama. Atau selain puasa sunnah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa’ dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunnah mutlak.
Kata Syekh Zainuddin: dengan niat puasa mutlak, maka cukup dalam niat puasa Arafah dengan niat semisal, saya niat berpuasa
Ucapan Syekh Zainuddin: sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulamaberpegangan dalam keabsahan puasa sunnah dengan niat puasa mutlak. Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab al-Asna demikian pula Syekh Khatib al-Sayarbini dan Syekh al-Jamal al-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut, bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan. Dalam kitab al-I’ab ditambahkan, dari kesimpulan tersebut, Syekh al-Barizi berfatwa bahwa apabila seseorang berpuasa qadha (Ramadhan) atau lainnya di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, maka pahala keduanya bisa didapat, baik disertai niat berpuasa sunnah atau tidak. Ulama lain menyebutkan, demikian pula apabila berketepatan bagi seseorang dalam satu hari dua puasa rutin, seperti puasa hari Arafah dan puasa hari Kamis.” (Syekh Zainuddin al-Malibari dan Syekh Abu Bakr bin Syatha, Fathul Mu’in dan Hasyiyah I’anatuth Thalibin, Surabaya, al-Haramain, tanpa tahun, juz 2, halaman 224).
Niat Puasa Rajab
Tahap awal sebelum melakukan puasa sunnah Rajab, bisanya muslim membaca niat terlebih dahulu. Dengan membaca niat maka dapat menjadi pengingat bahwa puasa yang hendak dijalani semata-mata bertujuan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Berikut Niat puasa rajab :
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةٌ لِلَّهِ تَعَالَى.
“Nawaitu shauma syahri rajaba sunatan lillaahi ta’aala.”
Artinya: “Saya niat puasa bulan Rajab, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Ramadhan
Selain mengamalkan puasa Rajab, bagi umat Islam yang akan melangsungkan puasa qadha Ramadhan sekaligus juga hendaknya membaca niat puasa qadha Ramadhan terlebih dahulu. Berikut ini bacaan niat puasa qadha Ramadhan yang dapat dibaca oleh seorang muslim ketika memasuki bulan Rajab:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta’âlâ”
Artinya:
“Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT”
Semoga Bermanfaat
Penulis : Wanda Hanifah Pramono