1TULAH.COM-Dunia dikejutkan dengan pengumuman terpilihnya Robert Francis Prevost sebagai Paus baru Gereja Katolik, menggantikan mendiang Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025.
Dari loggia Basilika Santo Petrus, dengan kharisma seorang pemimpin, ia memperkenalkan dirinya sebagai Paus Leo XIV, menyampaikan pesan pertamanya yang penuh kedamaian: “Damai sejahtera bagi kamu semua.”
Paus Leo XIV, yang kini menjadi Paus ke-267 dalam sejarah Gereja Katolik, mencatatkan sejarah ganda. Ia adalah Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat dan juga yang pertama dari Ordo Santo Agustinus. Sosoknya bukanlah orang baru di kalangan para pemimpin gereja. Ia telah lama dikenal sebagai figur yang gigih membela hak-hak kaum miskin, para migran, dan mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat.
Namun, ada satu aspek penting lainnya yang semakin menonjol dalam diri Paus Leo XIV: komitmennya yang kuat terhadap isu-isu lingkungan.
“Kemanusiaan membutuhkan Kristus sebagai jembatan untuk mencapai Tuhan dan kasih-Nya. Anda semua membantu kami membangun jembatan dengan dialog dan perjumpaan, sehingga kita semua dapat menjadi satu umat yang selalu dalam damai,” ujar Paus Leo XIV di hadapan ribuan umat yang antusias menyambutnya di Lapangan Santo Petrus, menyampaikan visi kepemimpinannya yang inklusif dan penuh harapan.
Pengalaman Misionaris di Peru Membentuk Perspektif
Lahir di Chicago pada 14 September 1955, perjalanan hidup Robert Francis Prevost membawanya melintasi benua dan budaya. Ia menghabiskan lebih dari satu dekade hidupnya sebagai seorang misionaris di Peru, sebuah pengalaman yang sangat membekas dan membentuk cara pandangnya terhadap dunia. Di sana, ia bekerja di daerah-daerah miskin, memimpin seminari, mengajar hukum kanonik, dan bahkan menjabat sebagai kepala studi. Kecintaannya pada Peru begitu mendalam hingga ia memutuskan untuk mengambil kewarganegaraan negara tersebut—bukan sekadar formalitas, melainkan karena hatinya telah lama tertambat di sana.
Pengalaman hidup di tengah realitas kemiskinan dan ketidakadilan di Peru memberikan perspektif unik bagi Leo XIV. Baginya, kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan krisis lingkungan bukanlah isu yang berdiri sendiri, melainkan sebuah paket persoalan yang saling terkait. Ia meyakini bahwa kerusakan bumi dan penindasan terhadap manusia seringkali berakar dari sistem yang sama: ketamakan dan pengabaian terhadap sesama.
Dalam peran-peran sebelumnya sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, Prevost telah lantang menyuarakan pandangannya mengenai isu-isu ini. Ia menolak dengan tegas gagasan bahwa manusia memiliki hak untuk mengeksploitasi alam tanpa batas.
“Penguasaan atas alam tidak boleh menjadi tirani,” tegasnya, menyerukan kepada umat untuk membangun hubungan timbal balik yang harmonis dengan lingkungan.
Dari Kata-Kata ke Tindakan: Fokus pada Doktrin Sosial Gereja
Paus Leo XIV tidak hanya ingin Gereja Katolik menyampaikan khotbah, tetapi juga bergerak aktif dalam mengatasi berbagai tantangan global. Ia menyerukan transisi nyata dari “kata-kata ke tindakan,” menekankan pentingnya implementasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kebijakan publik.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya Doktrin Sosial Gereja sebagai fondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan krisis iklim dan ketidakadilan sosial. Ajaran-ajaran gereja yang berakar pada keadilan, solidaritas, dan martabat manusia dipandang sebagai panduan penting dalam merumuskan solusi yang berkelanjutan dan berpihak pada semua.
Pemilihan nama “Leo” oleh Robert Francis Prevost juga diyakini memiliki makna simbolis yang mendalam. Paus Leo XIII, seorang tokoh penting dalam sejarah Gereja Katolik, dikenal karena mengeluarkan Rerum Novarum, sebuah ensiklik revolusioner yang membahas hak-hak buruh dan keadilan sosial. Dengan memilih nama “Leo,” Paus baru ini tampaknya ingin melanjutkan warisan keberpihakan gereja pada kaum lemah dan tertindas, memperluasnya hingga mencakup isu pelestarian lingkungan.
Di bawah kepemimpinan Paus Leo XIV, Gereja Katolik berpotensi besar untuk menjadi kekuatan moral global yang signifikan dalam isu lingkungan. Perannya tidak hanya sebatas membela mereka yang lemah dan terpinggirkan, tetapi juga membela bumi sebagai rumah bersama bagi seluruh umat manusia.
Ucapan Selamat dan Harapan dari Pemimpin Eropa
Terpilihnya Paus Leo XIV disambut dengan ucapan selamat dan harapan dari berbagai pemimpin negara di Eropa. Mereka menyampaikan harapan agar kepemimpinan Paus baru ini membawa perdamaian, keadilan, dan persatuan bagi dunia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan pemilihan ini sebagai “momen bersejarah” bagi Gereja Katolik. Melalui platform X, ia mengirimkan pesan persaudaraan dan doa agar masa kepausan Leo XIV dipenuhi dengan kedamaian dan membawa kebaikan bagi umat manusia.
Kanselir Jerman Friedrich Merz, yang juga baru menjabat, turut memberikan penghormatan kepada Paus Leo XIV. Ia menyebutnya sebagai figur yang akan menjadi penjaga keadilan dan tokoh rekonsiliasi dunia, di tengah berbagai tantangan global yang kompleks.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menyampaikan harapan agar kepemimpinan Paus baru dapat memperkuat dialog global dan mendorong kerjasama internasional. Dalam unggahan singkatnya di X, ia menekankan pentingnya terus memperjuangkan hak asasi manusia di tengah dunia yang dinamis dan terkadang terpecah belah.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebut momen pemilihan Paus sebagai peristiwa yang sangat menggembirakan. Ia meyakini bahwa Tahta Suci memiliki posisi strategis dalam menjembatani bangsa-bangsa dan mendorong kerja sama global untuk mengatasi berbagai persoalan mendesak.
“Gereja memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan besar dunia saat ini—dari krisis iklim hingga pengentasan kemiskinan,” ujarnya, menyoroti perlunya promosi perdamaian dan keadilan global yang lebih merata di bawah kepemimpinan Paus Leo XIV. (Sumber:Suara.com)