1TULAH.COM-Tindak asusila yang melibatkan anak Kiai Moch Subchi Azal Tsani alias MSAT alias Bechi, putra Kiai Muchtar Mu’ti, pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, sangat mencoreng dunia pesantren.
Lebih-lebih kasus ini menjadi ramai karena tindakan Bechi yang tidak kooperatif sehingga membuat polisi melakukan penjemputan paksa di Pesantren Shiddiqiyyah dengan mengerahkan ratusan personel.
Kejadian diprosesnya secara hukum putra Kiai ini menunjukan bahwa umat Islam lebih mengedepankan Al Qur’an dan Hadits Rasul dalam melihat permasalahan kemungkaran di masyarakat, daripada mengendepankan kultus individu tokoh kharismatik.
Gus Baha, salah seorang tokoh ulama muda dari NU menyebutkan, peristiwa di ponpes Shiddiqiyyah menunjukkan bahwa Islam itu masih benar. “Jadi kekuatan teks samawi itu masih kuat mengalahkan kultus. Harusnya kamu syukur,” ujar Gus Baha.
“Coba sekarang begini, kiai menghamili santrinya, jatuh apa gak? Jatuh. Itu masih bagus buat umat Islam karena masih mempercayai teks Quran bahwa zina itu haram. Isinya Islam itu kan Quran dan hadis,” kata dia lagi.
Justru yang bahaya, menurut Gus Baha, ketika ada kiai zina, umat Islam malah mengalahkan Quran dengan menganggap kejadian seperti itu tidak apa-apa karena dia seorang kiai.
Gus Baha mengingatkan bahwa umat Islam itu harus beriman pada Alquran bukan ke kiai.
“Cara Quran, orang harus iman ke Quran titik. Ga ada dalam Quran orang itu iman ke kiai. Quran mengatakan zina itu haram, ya sudah, yang melakukan zina, jatuh. Berarti umat Islam masih meyakini teks (Quran),” ujarnya.
Kasus kiai atau anak kiai mencabuli santrinya ini sebenarnya bukan hal baru di dalam dunia pesantren di Indonesia.
Sekadar diketahui, fenomena ini sudah lama terjadi di lingkungan pesantren dan sudah banyak pelaku yang ditangkap dan diproses hukum.
Ketika sedang ramainya kasus Bechi, muncul kembali di media sosial mengenai ceramah Kiai Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha mengenai kiai mencabuli santri.
Dikutip dari akun YouTube Santreh Kopengan, Gus Baha menceritakan sering ditanyakan mengenai fenomena kiai mencabul santrinya.
“Di TV kan banyak berita ustaz menggauli santrinya, seorang kiai dibakar karena santrinya hamil, saya sering ditanya mahasiswa, ditanya itu fenomena kiai apa?” kata Gus Baha.
Ketika ditanya fenomena itu, jawaban Gus Baha sungguh tidak terduga.
“Itu bagus kata saya,” cerita Gus Baha.
Mendengar jawaban Gus Baha, para mahasiswa merasa heran dan aneh mengapa Gus Baha malah menjawab bagus.
“Itu menunjukkan bahwa Islam itu masih benar. Jadi kekuatan teks samawi itu masih kuat mengalahkan kultus. Harusnya kamu syukur,” ujar Gus Baha.
“Coba sekarang begini, kiai menghamili santrinya, jatuh apa gak? Jatuh. Itu masih bagus buat umat Islam karena masih mempercayai teks Quran bahwa zina itu haram. Isinya Islam itu kan Quran dan hadis,” kata dia lagi.
Justru yang bahaya, menurut Gus Baha, ketika ada kiai zina, umat Islam malah mengalahkan Quran dengan menganggap kejadian seperti itu tidak apa-apa karena dia seorang kiai.
Gus Baha mengingatkan bahwa umat Islam itu harus beriman pada Alquran bukan ke kiai.
“Cara Quran, orang harus iman ke Quran titik. Ga ada dalam Quran orang itu iman ke kiai. Quran mengatakan zina itu haram, ya sudah, yang melakukan zina, jatuh. Berarti umat Islam masih meyakini teks (Quran),” ujarnya.
“Ya soal kita cemas, artinya kita sebagai sama-sama santri, menyayangkan. Tapi jangan kamu pertaruhkan Islam rusak. Islam ga apa-apa, baik-baik saja. Bolak-balik kejadiannya, Islam baik-baik saja,” lanjutnya lagi.
Justru, kata Gus Baha, umat islam harus bangga dengan perasaan seperti itu karena masih meyakini Alquran daripada kiainya.
“Justru anda harus bangga terhadap perasaannya umat Islam masih menghormati Quran artinya yakin betul daripada ke kiainya. Yang dosa kan kiainya, umat Islam baik-baik saja. Nyatanya langsung jatuh kiainya,” ucap Gus Baha. (Dikutip dari suara.com)