1TULAH.COM-Sebuah noda hitam kembali mencoreng sepak bola Indonesia. Insiden memalukan pecah usai pertandingan pekan ke-33 BRI Liga 1 2024/2025 antara Arema FC menjamu Persik Kediri di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (11/5/2025).
Stadion yang menjadi saksi bisu tragedi kelam yang menewaskan 135 jiwa itu, untuk pertama kalinya kembali digunakan Arema FC sebagai home base di laga kandang. Namun, kembalinya Singo Edan ke Kanjuruhan justru diwarnai aksi tidak terpuji yang diduga dilakukan oleh oknum suporter mereka, Aremania.
Aksi Barbar Pasca Pertandingan: Bus Pemain Persik Jadi Sasaran
Mirisnya, seusai peluit panjang berbunyi, aksi barbar diduga dilakukan oleh oknum Aremania. Berdasarkan video yang beredar luas di berbagai platform media sosial dan diterima oleh redaksi Suara.com, bus yang membawa rombongan pemain Persik Kediri menjadi sasaran pelemparan. Akibatnya, kaca bus tim berjuluk Macan Putih tersebut pecah.
Kapten Persik Kediri, Ze Valente, tak dapat menyembunyikan kekecewaannya atas insiden ini. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @zevalente94, pemain asal Portugal tersebut menyindir keras aksi tidak beradab yang terjadi pasca pertandingan melawan Arema FC.
“We never learn. But its better not to say what i think,” tulis Valente dalam unggahannya. Bersamaan dengan kalimat bernada kekecewaan itu, Valente menyertakan sebuah foto yang memperlihatkan kondisi bus Persik Kediri yang mengalami kerusakan parah di bagian depan akibat lemparan benda keras.
Kembalinya ke Kanjuruhan yang Dinodai Kekerasan
Keputusan Arema FC untuk kembali menggunakan Stadion Kanjuruhan sebagai kandang memang menuai berbagai respons. Bagi sebagian suporter, kembalinya ke stadion yang memiliki nilai historis mendalam itu tentu membawa harapan baru. Namun, insiden pelemparan bus Persik ini jelas menjadi tamparan keras dan menimbulkan pertanyaan besar terkait kesiapan mental sebagian suporter untuk kembali ke stadion tersebut dengan semangat yang positif dan menjunjung tinggi sportivitas.
Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi seluruh elemen sepak bola Indonesia, termasuk para suporter. Semangat rivalitas di lapangan hijau seharusnya tidak berlanjut menjadi tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan pihak lain.
Reaksi dan Implikasi Insiden
Insiden pelemparan bus Persik ini tentu akan memicu berbagai reaksi dari berbagai pihak, mulai dari manajemen kedua tim, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi, hingga para pecinta sepak bola Tanah Air. Bukan tidak mungkin, insiden ini akan kembali membuka diskusi mengenai keamanan dan kedewasaan suporter di Indonesia.
Pihak berwenang diharapkan segera melakukan investigasi mendalam terkait insiden ini dan menindak tegas para pelaku yang terlibat. Kejadian ini tidak hanya mencoreng nama baik Arema FC dan Aremania, tetapi juga merusak citra sepak bola Indonesia secara keseluruhan.
Pelajaran yang Tak Kunjung Dipetik?
Sindiran pedas dari Kapten Persik, Ze Valente, “We never learn,” seolah merangkum kekecewaan banyak pihak terhadap berulangnya aksi kekerasan dalam sepak bola Indonesia. Pertanyaan besar pun muncul: kapan sepak bola Indonesia benar-benar belajar dari pengalaman pahit dan meninggalkan budaya kekerasan?
Insiden di Kanjuruhan ini menjadi pengingat yang menyakitkan bahwa pekerjaan rumah untuk menciptakan sepak bola Indonesia yang aman, nyaman, dan menjunjung tinggi sportivitas masih sangat panjang. Semua pihak, mulai dari klub, pemain, suporter, hingga operator liga dan federasi, memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan perubahan positif. (Sumber:Suara.com)