1TULAH.COM-Pengakuan Bripka Madih yang diperas penyidik Polda Metro Jaya, sempat menuai banyak simpati dari warganet. Namun, sekarang kasus polisi peras polisi yang dialami Bripka Madih memasuki babak baru.
Setelah menuai simpati publik, Ketua RW di tempat tinggal Bripka Madih malah membuat pengakuan yang mengejutkan. Anggota Provos ini ternyata hanya playing victim, padahal sejatinya kelakuannya di lingkungan warga sekitar tempat tinggalnya sangat meresahkan.
Lantas masihkah bersimpati dengan Bripka Madih?
Menurut Ketua RW 03 Jatiwarna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Nur Asiah, sosok Bripka Madih tidaklah senelangsa yang digambarkan oleh media massa beberapa waktu belakangan ini.
Seperti menjadi antiklimaks, Nur Asiah membongkar sifat asli Bripka Madih, yang menurut dia arogan dan meresahkan warga.
Hal itu disampaikan Nur Asiah di hadapan awak media, ketika hadir dalam konferensi pers kasus polisi peras polisi di Polda Metro Jaya,Minggu (5/2/2023).
Apa saja borok Bripka Madih yang diungkap Nur Asiah? Berikut ulasannya.
Membakar sampah saat rapat RT
Sebelum menjadi ketua RW, Nur Asiah mengaku pernah menjadi Ketua RT selama 4 tahun. Menurut dia, suatu waktu ia dan warganya merasa terganggu karena Bripka Madih tiba-tiba membakar sampah ketika sedang digelar rapat warga.
Menurut Asiah, akibat ulah Madih, asap menyebar hingga ke ruang rapat, sehingga mrmbuat peserta rapat tidak nyaman.
“Salah satunya saya sudah menjadi RT selama 4 tahun kemudian saya menjadi RW ketika kami sedang rapat mohon maaf rapat dengan tim kami RW 03, tiba-tiba ditabunin karena posisinya bersebelahan dengan beliau gitu ya, bapak bisa bayangin dong ya kita lagi rapat dibakarin asap,” kata Asiah.
Mematok lahan warga dengan sembarangan
Meski mengaku diperas oleh rekan seprofesinya dalam kasus penyerobotan lahan orang tuanya, Nur Asiah mengungkapkan, justru Bripka Madih lah yang menyerobot lahan milik salah satu warganya.
Menurut Nur Asiah, peristiwa itu baru saja terjadi pada 31 Januari 2023 lalu, dimana Bripka madih tiba-tiba memasang patok di tanah milik warga, dengan dalih tanah tersebut adalah milik orang tuanya.
“Kalau di kampung kami, kita diemin aja sebenarnya enggak pernah kita ladeni. Tapi berhubung setelah 12 tahun, dia masang patok didepan rumah warga saya, itulah yang kita adukan karena sudah melewati batas,” katanya kepada wartawan.
Mengaliri tiang listrik dengan setrum
Ulah Bripka Madih tak hanya itu, Nur Asiah mengatakan, satu waktu anggota Provost Polsek Jatinegara itu pernah mengaliri sebuah tiang listrik di wilayahnya dengan setrum.
Menurut Asiah, hal itu dilakukan Madih agar tidak ada warga yang melintasi jalan di lingkungan RW. Akibat ulahnya, Madih hamper dihakimi oleh warga kompleks lain.
“Itu kejadian udah lama juga, jadi dia masang tiang listrik dialiri setrum. Untungnya gak ada yang kesetrum. Supaya warga gabisa lewat. Kalau kita gak lindungin hampir aja dia digebukin,” ujarnya.
Tiba-tiba bangun pos di depan rumah warga
Asiah melanjutkan kisahnya mengenai Borok Bripka Madih. Ia mengatakan, suatu waktu Madih pernah membangun sebuah pos di depan rumah salah satu warga.
Tak hanya itu, lanjut Asiah, Madih kerap menempati pos tersebut hingga jam 4 dini hari. Akibatnya warga merasa terganggu.
“Dengan kelakuan tersebut, akhirnya warga kami lama-lama terganggu secara psikis.” Ungkap Asiah.
Kerap meneror warga
Selain melakukan tindakan-tindakan yang meresahkan, Nur Asiah juga menyebut kalau Bripka Madih kerap kali meneror warga.
Menurut Asiah, salah satu bentuk teror yang dilakukan Bripka Madih terhadap warga adalah selalu mencopot lampu jalan yang dipasang warga di dekat rumahnya.
Selain itu ia juga sempat mengancam warga dengan kata-kata. Asiah mengatakan, yang menjadi korbannya adalah sejumlah guru TK yang mengajar di sebelah rumah Bripka Madih.
“Dia juga suka mengganggu guru TK yang letaknya di sebelah rumah dia, kalau ganggu guru TK, mungkin lebih secara verbal. Misal, ‘Paling ngajarnya nggak akan lama’,” sambung Asiah.
Warga mengaku tak berdaya
Dengan semua ulah Bripka Madih yang meresahkan itu, Nur Asiah mengatakan, selama ini warga tempat tinggalnya hanya bisa pasrah.
Menurut dia, warga RW 03, Jati Warna, Kota Bekasi, Jawa Barat, tidak berani melakukan apa-apa karena Madih adalah seorang anggota polisi.
“Warga kami tak bisa melawan, karena dia polisi,” kata Asiah. (Sumber:suara.com)