1TULAH.COM – Vitamin D merupakan salah satu nutrisi esensial yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi penting, terutama dalam membantu penyerapan kalsium yang berperan dalam menjaga kesehatan tulang dan otot.
Karena dapat diproduksi secara alami ketika kulit terpapar sinar matahari, vitamin D sering disebut sebagai “sunshine vitamin.” Selain dari paparan sinar matahari, nutrisi ini juga bisa diperoleh melalui konsumsi makanan tertentu maupun suplemen.
Meskipun demikian, banyak orang mengalami kekurangan vitamin D tanpa menyadarinya. Defisiensi vitamin D dapat berdampak pada berbagai aspek kesehatan dan dapat dikenali melalui beberapa tanda berikut.
Salah satu indikasi utama dari kekurangan vitamin D adalah meningkatnya risiko infeksi. Nutrisi ini memiliki peran penting dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh, khususnya dalam membantu sel-sel yang berfungsi melawan infeksi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kadar vitamin D yang rendah lebih rentan mengalami infeksi saluran pernapasan, seperti flu, bronkitis, dan pneumonia.
Sebaliknya, kadar vitamin D yang cukup dapat membantu menurunkan risiko terkena penyakit tersebut. Selain itu, kekurangan vitamin D juga dapat menyebabkan tubuh lebih mudah merasa lelah.
Studi pada 2019 menemukan bahwa individu dewasa yang mengalami defisiensi vitamin D cenderung lebih cepat mengalami kelelahan.
Penelitian lain pada 2020 juga mengungkap bahwa kekurangan vitamin D berkaitan dengan gangguan tidur pada anak, termasuk kualitas tidur yang buruk, durasi tidur yang lebih singkat, dan waktu tidur yang lebih larut, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap peningkatan rasa lelah.
Gejala lain yang dapat muncul akibat rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh adalah nyeri tulang dan sakit punggung. Vitamin D berfungsi dalam meningkatkan penyerapan kalsium, sehingga sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang.
Jika seseorang sering mengalami nyeri tulang atau sakit di area punggung bawah, hal ini bisa menjadi pertanda defisiensi vitamin D.
Sebuah tinjauan yang dilakukan terhadap 81 penelitian pada 2018 menunjukkan bahwa individu yang mengalami radang sendi, nyeri otot, atau nyeri kronis cenderung memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak mengalami kondisi tersebut.
Selain itu, kekurangan vitamin D juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
Beberapa penelitian yang diterbitkan pada 2014, 2019, dan 2021 menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D dapat membantu meredakan gejala depresi pada individu yang mengalami defisiensi nutrisi ini, terutama pada orang paruh baya dan lanjut usia.
Kekurangan vitamin D dalam tubuh juga dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan tulang, seperti osteoporosis dan sarkopenia, yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan mineral tulang serta kehilangan massa otot.
Vitamin D memainkan peran penting dalam membantu tubuh menyerap kalsium secara optimal, sehingga jika kadar vitamin D dalam tubuh rendah, tulang menjadi lebih rapuh dan rentan mengalami patah, terutama pada wanita paruh baya dan lansia.
Selain itu, defisiensi vitamin D juga dapat berkontribusi terhadap kerontokan rambut. Beberapa penelitian menemukan adanya keterkaitan antara rendahnya kadar vitamin D dengan alopecia areata, yaitu penyakit autoimun yang menyebabkan kerontokan rambut secara berlebihan.
Gejala lain yang dapat muncul akibat kekurangan vitamin D adalah lambatnya proses penyembuhan luka. Vitamin D berperan dalam meningkatkan produksi senyawa penting yang mendukung regenerasi kulit selama proses pemulihan.
Oleh karena itu, kadar vitamin D yang rendah dapat menyebabkan luka lebih lama sembuh setelah cedera atau operasi.
Tinjauan yang dilakukan pada 2019 menunjukkan bahwa individu dengan defisiensi vitamin D mengalami waktu penyembuhan yang lebih panjang, termasuk pasien yang menjalani operasi gigi.
Mengingat pentingnya peran vitamin D bagi kesehatan secara keseluruhan, sangat disarankan untuk menjaga kadar nutrisi ini dalam tubuh agar tetap optimal.
Cara yang dapat dilakukan meliputi rutin berjemur di bawah sinar matahari, mengonsumsi makanan yang kaya vitamin D seperti ikan berlemak, telur, dan produk susu yang diperkaya vitamin D, serta mempertimbangkan penggunaan suplemen jika diperlukan.
Namun, sebelum mengonsumsi suplemen, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis untuk memastikan dosis yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Penulis : Laili Rukhmina