Kisah Desa Kayan yang Akan Ditenggelamkan Demi IKN; “Kalau Ditenggalamkan Kami Mulai dari Nol Lagi” (2)

- Jurnalis

Senin, 6 Februari 2023 - 09:21 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Desa Kayan akan ditenggelamkan untuk proyek IKN

Desa Kayan akan ditenggelamkan untuk proyek IKN

1TULAH.COM-Keputusan pemerintahan Jokowi untuk membangun PLTA Kayan sudah final. Proyek bendungan ini sangat vital dalam mendukung pembangunan di kawasan IKN.

Bagi masyarakat di kawasan yang termasuk dalam eral bendungan, hanya bisa pasrah. Secara meteri tentu dianggap tak seberapa kerugian masyarakat, hanya sejarah mereka yang akan tenggelam bersamaan dengan ditenggelamkannya desa mereka.

Di tengah ambisi pemerintah itu, masyarakat Desa Long Peleban akan menjadi pihak yang akan paling berkorban.

Mereka akan kehilangan desa mereka, yang berarti juga kehilangan sumber-sumber penghidupan, peninggalan nenek moyang, serta tradisi bermasyarakat.

Para pakar dan pegiat lingkungan pun telah mengingatkan dampak sosial dan lingkungan yang luas dari proyek hijau ini.

‘Kalau ditenggelamkan, kami mulai dari nol lagi’

Sementara ini yang perusahaan sampaikan untuk dampak dari bendungan, setinggi lumbung gedung itu air tergenang, kata Lawing Puun, seorang warga Desa Long Peleban, sambil menunjuk bangunan balai desa yang tingginya sekitar enam meter.

Tapi kalau dipikir air tergenang sampai sana kan, acap semua ini, tenggelam semua. Kami sangat khawatir bagaimana penghidupan kami sebagai masyarakat ke depan, sambung Lawing sambil menatap ke sekeliling desa tempat keluarganya telah hidup turun temurun.

Setelah wacana pembangunan PLTA Kayan muncul belasan tahun lalu, PT Kayan Hydro Energy (KHE) yang akan menggarap proyek ini memastikan bahwa Desa Long Peleban dan Long Lejuh akan ditenggelamkan.

Akan ada lima bendungan yang dibangun setinggi hingga 125 meter. Dan bendungan pertama yang dibangun berada di sekitar wilayah kedua desa ini.

Direktur Operasional PT KHE Khaerony mengklaim bahwa pada dasarnya masyarakat setuju untuk direlokasi.

Namun Lawing dan sejumlah warga lainnya yang ditemui oleh BBC News Indonesia mengaku khawatir dan keberatan soal rencana ini. Hanya saja, mereka merasa tidak berdaya untuk menolaknya.

Karena namanya program pemerintah, kami mendukung. Apalagi namanya percepatan sesuai instruksi presiden, kami ikuti. Tapi untuk mau atau tidak mau, ya kami tidak mau.

Kami [ingin] tetap berposisi seperti apa adanya kami di sini, ya inilah kami. Kami bilang tidak setuju, ya otomatis untuk mengubah, ya kami tidak setuju, ujar Lawing.

Bagi Lawing, direlokasi sama seperti dicerabut dari akar kehidupan mereka, lalu dipaksa tumbuh lagi dengan cara yang berbeda.

Kalau nanti ditenggelamkan, desa atau masyarakat kami ini mulai dari nol lagi. Tidak ada apa-apa sudah. Habis. Hak masyarakat tenggelam, secara kebiasaan kami di desa kami pun tidak akan kami nikmati lagi, seperti kebersamaan, gotong royong, cara kami bermasyarakat.

Baca Juga :  Tak Pasang Target Juara! Shin Tae-yong Fokus Kembangkan Pemain Muda di Piala AFF 2024

Kami yang sekarang ini mungkin kami masih lihat [bagaimana] Long Peleban yang sebenarnya. Tapi nanti anak cucu kami ke depannya tidak lihat bagaimana Peleban terdahulu, kata Lawing.

Bergantung pada alam

Deru mesin ketintingperahu tradisional berporos panjangterdengar bersahut-sahutan dari tepian Sungai Kayan di Desa Long Peleban pada Oktober lalu.

Bagi warga, ketinting itu ibarat sepeda motor atau mobil yang mengantar mereka kemana pun.

Kalau di kota ada aspal, bagi kami di sini Sungai Kayan inilah akses jalan kami, baik berburunya, cari nafkah kehidupan kami, untuk memenuhi kebutuhan kami, begitu juga untuk kami berladang, tutur Lawing.

Pagi itu, warga bersiap untuk pergi ke ladang mereka yang berada di sisi seberang sungai. Jaraknya sekitar 10 menit perjalanan menggunakan ketinting.

Oktober menandakan awal musim tanam baru. Oleh sebab itu, mereka harus segera selesai menanami padi untuk dipanen pada bulan Maret.

Dari ladang dan sawah peninggalan nenek moyang inilah, masyarakat Desa Long Peleban memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari mereka.

“Kalau tidak bercocok tanam, tidak ada yang bisa kami nikmati hari-hari ke depan,” kata Lawing.

Mayoritas warga Desa Long Peleban adalah petani. Kebiasaan berladang itu pun telah mengakar dan turun temurun mereka lakukan sejak zaman nenek moyang.

Usaha lain-lain itu nomor dua, karena dari nenek moyang kami, kalau ndak bikin ladang itu berarti orang malas, tutur Mentan Ingan, salah satu warga Desa Long Peleban.

Ladang itu pun mereka garap dengan sistem gotong royong yang mereka sebut sebagai senguyun. Tradisi senguyun ini, yang kata Mentan, telah merekatkan rasa kekeluargaan mereka.

Sebagian besar hasil ladang inilah yang akan menjamin sumber pangan warga. Sebagian kecil lainnya dijual untuk membeli gula, minyak, kopi, atau bahan-bahan yang tidak bisa mereka hasilkan sendiri.

Sementara itu, kebutuhan protein mereka penuhi dari menjala ikan di Sungai Kayan, atau dari berburu babi dan payau (kijang) di hutan.

Sayangnya, dengan proyek PLTA, ladang dan hutan di sekitar mereka juga akan ikut tenggelam.

Bingung, mau menangis rasa kita meninggalkan kampung halaman kita, apalagi tanaman-tanaman kita itu, kata Mentan.

Baca Juga :  Sumbang Donal Trump Rp1 Miliar, Mark Zuckerberg Siap Berdamai dengan Pemerintahan AS Hasil Pemilu Lalu

Kalau kita mau kelola kembali ke depannya sulit itu. Mungkin sempat kita mati dulu atau anak kita bingung, belum ada kita bisa menikmati. Itu yang saya jaga dalam rencana (perusahaan) ke depannya, sambungnya.

Yang tidak bisa digantikan materi

Ini [makam] almarhum mamak ini, ini adek nomor dua dari saya, kalau ini anak dari saya [yang meninggal] bulan lima tadi, kata Lawing sambil menyusuri pemakaman desa dan menunjukkan tempat beberapa mendiang keluarganya dikebumikan.

Dia lalu berhenti di depan sebuah makam beratap seng dan dikelilingi pagar kayu. Di nisan salibnya tertulis nama Normi Natalia yang wafat pada 13 Mei 2022 ketika masih berusia 8 tahun.

Di atas nisan salib itu, terpampang foto Normi, yang merupakan anak bungsunya.

Lawing menyeka foto tersebut. Kemudian dia menunduk, mendoakan putri kecilnya yang meninggal dunia akibat sakit infeksi paru-paru.

Bagi Lawing, rencana pembangunan PLTA bukan cuma mengaburkan masa depan warga, namun juga memutus sejarah dan koneksi dengan masa lalu mereka.

Berat betul rasa saya sebagai orang tua untuk menenggelamkan (makam ini) walaupun anak saya sudah pergi. Walaupun mereka sudah pergi, tetap masih ada rasa mereka bersama kita. Kalau ditenggelamkan, mau dicari di mana lagi mereka? kata Lawing.

Kita tidak bisa mengukur itu dengan apapun, apalagi namanya ganti rugi ganti untung.

Selain pemakaman warga, di Desa Long Peleban juga terdapat makam kuno Lahai Bara, diyakini sebagai asal muasal orang Kayan, yang juga akan ditenggelamkan.

Belum jelas bagaimana makam bersejarah itu akan ditangani ketika bendungan dibangun.

Mendamba pembangunan

Rencana pembangunan lima bendungan juga membuat warga dari desa-desa di sisi yang lebih hilir di Sungai Kayan khawatir.

Terutama di Desa Long Pangean, Long Peso, dan Long Bia yang nantinya akan berada di bawah bendungan raksasa setinggi 85 meter hingga 125 meter.

“Yang kami takutkan, kalau terjadi bendungan, hujan lebat di hulu sungai kayan, apakah tahan bendungan itu? Karena bendungan itu belum jadi saja, kalau hanya akibat hujan lebat saja sudah bisa acap (terendam) desa kami,” kata Ketua Lembaga Adat Desa Long Bia, Albert Ajang.

Tetapi Albert mengatakan ada pula sebagian masyarakat yang mendukung rencana pembangunan PLTA itu, dengan harapan akan membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat. (Sumber:suara.com/bersambung)

 

Berita Terkait

Stray Kids Cetak Sejarah di Billboard Music Awards 2024: Dominasi K-Pop Makin Tak Terbendung!
Agustiar Sabran Temui Prabowo di Istana, Pesannya agar Gubernur Kalteng Terpilih Bekerja Maksimal Menyejahterakan Rakyat
UTBK SNBT 2025 Makin Dekat! Simak Jadwal Terbaru dan Persiapkan Dirimu
Drama Transfer Pemain Belanda Keturunan Depok: Miliano Jonathans Tolak Tawaran FC Twente
Pemkab Barsel Incar Atlet Muda Berbakat: KONI Gelar Sosialisasi di Seluruh Sekolah
KPK Beberkan Temuan Bukti Baru Keterkaitan Yasonna Laoly dengan Harun Masiku
Tanggapan KPU Usai Muncul Wacana Kepala Daerah Dipilih DPRD
Ada-ada Saja! Bobby Kertanegara Peliharaan Presiden Prabowo Jadi Kucing Kasta Tertinggi se-Indonesia
Tag :

Berita Terkait

Sabtu, 14 Desember 2024 - 17:32 WIB

Agustiar Sabran Temui Prabowo di Istana, Pesannya agar Gubernur Kalteng Terpilih Bekerja Maksimal Menyejahterakan Rakyat

Sabtu, 14 Desember 2024 - 08:19 WIB

UTBK SNBT 2025 Makin Dekat! Simak Jadwal Terbaru dan Persiapkan Dirimu

Sabtu, 14 Desember 2024 - 08:11 WIB

Drama Transfer Pemain Belanda Keturunan Depok: Miliano Jonathans Tolak Tawaran FC Twente

Sabtu, 14 Desember 2024 - 06:20 WIB

Pemkab Barsel Incar Atlet Muda Berbakat: KONI Gelar Sosialisasi di Seluruh Sekolah

Jumat, 13 Desember 2024 - 18:28 WIB

KPK Beberkan Temuan Bukti Baru Keterkaitan Yasonna Laoly dengan Harun Masiku

Jumat, 13 Desember 2024 - 18:18 WIB

Tanggapan KPU Usai Muncul Wacana Kepala Daerah Dipilih DPRD

Jumat, 13 Desember 2024 - 16:57 WIB

Ada-ada Saja! Bobby Kertanegara Peliharaan Presiden Prabowo Jadi Kucing Kasta Tertinggi se-Indonesia

Jumat, 13 Desember 2024 - 16:44 WIB

4 Fakta Mengejutkan Keluarga Lady Aurellia Pramesti di Balik Kasus Penganiayaan Dokter Koas

Berita Terbaru

Kevin Diks (Sumber: instagram @kevindiks2)

Entertainment

Sering Diteror Pesan Tengah Malam, Kevin Diks Ungkap Pelakunya

Sabtu, 14 Des 2024 - 18:34 WIB

Pemain Timnas Indonesia Pratama Arhan (IG Timnas Indonesia

Olahraga

Pratama Arhan Tinggalkan Suwon FC, Ini Kata Mertua

Sabtu, 14 Des 2024 - 18:24 WIB