1tulah.com,MUARA TEWEH– Terus meningkatnya pasien positif Covid-19 dan pasien dalam pengawasan(PDP) di isolasi di RSUD Muara Teweh, membuat tim gugus tugas mencari alternatif tempat isolasi lain. Pilihannya ternyata rumah betang di kawasan Stadion Swakarya. Sayangnya, tempat ini justru ditolak warga yang bermukim dekat dengan rumah betang. Mereka warga dari Rt 11 dan 12 Kelurahan Lanjas.
“Kami warga dari dari dua rt baru saja selesai rapat. Intinya menolak rencana rumah betang di jadikan tempat isolasi pasien ODP dan PDP,” kata Fahrurrazi, kepada wartawan, Jumat(3/7).
Dikatakan Fahrurrazi, selain dekat dengan pemukiman warga, kalau benar Betang di jadikan pusat isolasi pasien ODP/PDP, nantinya akan terjadi stigma di masyarakat, lingkungan tempat tinggal mereka dikatakan zona merah.
Sementara H Rosihan menambahkan alasan penolakan, limbah buangan kotoran dari rumah betang, mengalir ke pemukiman mereka. Apalagi, saluran drainase di tempat mereka Rt 11 dan rt 12 tak berfungsi baik, karena rusak dan mampet.
“Rumah Betang bangunannya terbuat dari kayu, jadi rawan terceamar. Beda jika bangunan rumah betang itu permanen dengan konstruksi beton. Jadi harus di pikirkan lagi mencari alternatif lain untuk tempat isolasi ODP/PDP,” timpalnya.
Hasil rapat tadi, tambah Rosihan, semua warga menolak. Ada 6 point disampaikan. Mereka pun katanya dalam waktu segera akan mengirimkan surat ke pemerintah daerah. “Kalau bisa jangan lah di rumah betang. Karena selain dekat pemukiman kami, limbah buangan kotoran dari atas mengalir nya ke pemukiman kami. Dan sebenarnya, masih banyak fasilitas milik pemerintah yang bisa ditempati. Gedung Balai Antang, Kantor Koni dan juga Gedung Olahraga. Atau justru di bangunan baru RSUD yang bertingkat-tingkat itu,” kata mantan pensiunan PNS ini.
Sekda Barut Jainal Abidin di tanya wartawan, Jumat(3/7) sore, membenarkan rumah betang dijadikan tempat isolasi OTG(orang tanpa gejala). Dia juga menyebut sudah merapatkan hal ini bersama pihak terkait dan semua menyetujui.
Mengagetkan, ternyata warga baru mengetahui jika rapat penentuan tempat isolasi baru(rumah betang) sudah diputuskan. Padahal warga sekitar yang tinggal dekat dengan rumah betang, tak mengetahui serta tidak hadir dalam rapat itu.
“Kami tetap menolak, karena rumah betang sangat dekat pemukiman warga. Malah limbahnya mengalir ke lingkungan kami. Kalau untuk isolasi orang tanpa gejala(OTG) cukup di rumah alias isolasi mandiri,” timpal Pahrurrazi. (eni)