1TULAH.COM-Pemilihan Presiden (Pilpres) pada Pemilu 2024 mendatang, berpotensi diikuti oleh empat pasangan calon (Paslon) presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres).
Hal ini mengingat hingga sekarang belum terbentuk koalisi partai yang benar-benar solid untuk mengusung cukup dua atau tiga Paslon saja. Dengan masih terbukanya peluang koalisi untuk lebih dari tiga Paslon ini, maka potensi Pilpres 2024 menjadi dua putaran semakin terbuka lebar.
Inilah wacana Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) memunculkan poros keempat pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres) pada Pemilu 2024 yang terus bergulir hingga sekarang.
Bahkan disebutkan, jika poros keempat tersebut tidak menutup kemungkinan bakal mengusung Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan sebagai pasangan capres-cawapres yang notabene merupakan Ketum Partai Golkar dan Ketum PAN.
Menurut Direktur Eksekutif ALGORITMA Aditya Perdana, opsi itu bisa saja terjadi karena pasangan capres dan cawapres tidak berorientasi untuk menang di Pilpres.
“Nah apakah menang atau kalah mereka tidak terlalu memilkirkan,” kata Aditya saat dihubungi pada Kamis (29/6/2023).
Lantas apa motifnya?
Ia mengungkapkan kemungkinan, jika hal wacana adanya poros keempat tersebut sebagai bagian strategi agar ada tahap kedua Pilpres yang nantinya akan menjadi kesempatan bagi partai tersebut untuk lebih serius mengalihkan dukungan.
“Mungkin strategi di tahap kedua baru secara lebih pasti dan serius bisa beralih dukungan,” ujarnya.
Sebelumnya, Aditya menilai, jika opsi tersebut merupakan bagian dari Golkar dan PAN untuk mendulang suara pada Pemilu dengan memanfaatkan efek ekor jas dari pengusungan ketua umum menjadi capres dan cawapres.
“Ini strategi untuk mendulang suara bagi partainya karena Pileg dan Pilpres bareng, memang ada dampak suara partai dan capres yang diusungnya,” katanya.
Sebelumnya Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus mengatakan, potensi duet ketum itu terus dibicarakan. Namun, ia belum mengatakan kepastian terkait potensi duet tersebut.
“Lah itu lah yang sedang terus dibicarakan antara ketiga ketua umum ini. Kan pulang dari Amerika kan ramai kan. Nah itu kita tunggu aja,” kata Lodewijk di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Kamis (29/6/2023).
Lodewijk sendiri sebelumnya juga menegaskan terkait posisi Golkar. Ia mengatakan Golkar tetap berada di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PPP dan PAN. Ia berujar ketiga ketua umum masih sering bertemu dan silaturahmi politik di KIB tetap berlanjut.
“Sementara kita masih dengan KIB. KIB kan ada Partai Golkar, ada Partai Persatuan Pembangunan, dan ada Partai Amanat Nasional. Kita masih bertiga kok,” kata Lodewijk.
Sebelumnya juga diberitakan, jika PAN hendak menghadirkan opsi baru untuk mengusung Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sebagai capres dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebagai cawapres.
“Ya saya melihatnya begini, bisa salah satu opsi misalnya ke Pak Ganjar, ke Pak Prabowo. Tapi bisa juga opsi yang kemarin kita sampaikan ke publik, Airlangga-Zulhas bisa juga,” kata Sekjen PAN Eddy Soeparno kepada wartawan, Minggu (28/5/2023).
Menurut Eddy tidak ada yang salah dari wacama duet Airlangga-Zulhas. Ia berpandangan partai politik memiliki kewajiban untuk melahirkan kader menjadi pemimpin.
Duet Airlangga-Zulhas tentu menjadi cerminan dari kewajihan itu, di mana keduanya merupakan kader terbaik di Golkar maupun PAN.
“Bagi sebuah partai, kalau memang putra terbaiknya bisa maju di dalam Pilpres itu merupakan kebanggaan tersendiri. Mesin partai bisa bekerja optimal, caleg-caleg akan bekerja maksimal untuk itu,” kata Eddy.
“Jadi saya berharap memang kalau dilihat dari kondisi paling ideal ya kader yang maju, kalau di PAN namanya Zulhas, kalau di Golkar namanya AH (Airlangga Hartarto),” katanya. (Sumber:Suara.com)