Puncak El Nino di Indonesia Terjadi Bulan Agustus, Waspada Karhutla!

- Jurnalis

Selasa, 30 Mei 2023 - 11:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seorang tentara memeriksa kebakaran lahan gambut di dekat Palangka Raya, Kalimantan Tengah, 28 Oktober 2015. (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)

Seorang tentara memeriksa kebakaran lahan gambut di dekat Palangka Raya, Kalimantan Tengah, 28 Oktober 2015. (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)

1TULAH.COM-Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) menjadi ancaman serius pada tahun 2023 ini. Hal ini menyusul berkurangnya intensitas curah hujan yang dipicu El Nino di wilayah Pasifik.

Puncak El Nino di wilayah Indonesia, akan terjadi pada bulan Agustus mendatang. Meski demikian, memasuki awal semester pada tahun ini, sudah terjadi kekeringan di sejumlah wilayah yang dapat memicu munculnya hotspot dan Karhutla secara lebih luas.

Setelah tiga tahun berturut-turut berada dalam periode La Nina, Indonesia berpotensi memasuki periode El Nino yang memicu kekeringan dan bahaya bencana kebakaran hutan serta lahan akibat berkurangnya curah hujan.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi peluang El-Nino moderat pada semester kedua 2023 yang bisa memicu kekeringan akibat berkurangnya curah hujan.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab mengatakan, pada dasarian II atau rentang waktu selama sepuluh hari kedua pada Mei 2023, anomali suhu muka laut di wilayah Nino Pasifik Tengah dan Timur menunjukkan prasyarat kondisi El Nino.

“Anomali suhu muka laut di dasarian II Mei memang terlihat Nino3 itu mulai terjadi peningkatan suhu muka laut. Yang Nino3.4 juga sudah mulai ada peningkatan anomali suhu muka laut antara 0,5 sampai satu setengah derajat,” kata Fachri Radjab dalam webinar “Antisipasi El Nino dan Kekeringan” secara daring di kanal YouTube Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, Sabtu (20/5/2023).

Baca Juga :  Red Sparks Hancurkan IBK Altos 3-0, Megawati Sumbang 16 Poin

El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normalnya, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan Suhu Muka Laut ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut oleh BMKG per 10 Mei 2023 menunjukkan sebagian besar wilayah pengamatan masih ada hujan. Wilayah Lampung sudah mengalami jeda hingga 10 hari, sementara sebagian wilayah Pantai Utara (Pantura) dan Nusa Tenggara Barat-Nusa Tenggara Timur (NTB-NTT) sudah mengalami jeda hujan hingga 20 hari.

Prakiraan BMKG menyebutkan pada Juni sebagian besar wilayah Pulau Jawa sudah akan mengalami curah hujan rendah yaitu di bawah 100 milimeter per bulan.

“Di bulan Juli meluas ke Sumatra bagian selatan. Di bulan Agustus hampir seluruh wilayah Indonesia masuk kategori hujan rendah,” kata Fahri Radjab.

Fahri mengingatkan adanya risiko kebakaran hutan dan lahan. Pada Juni 2023 terdapat risiko munculnya hotspot (titik panas) dengan kategori moderat di wilayah Sumatra bagian tengah, sedangkan dari Juli hingga Agustus 2023 terdapat risiko hotspot dengan kategori moderat di wilayah Sumatera bagian tengah, bagian selatan dan Kalimantan bagian barat.

Baca Juga :  Jelang Pertemuan Internasional, Mobil Tabrak Kerumunan di Munchen, 27 Orang Luka-Luka!

Gerakan Memanen Air Hujan

Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono, menilai perlu ada gerakan besar untuk memanen air hujan, khususnya di wilayah yang saat ini masih terdapat hujan, mungkin sampai akhir Mei. Cara itu dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bantuan distribusi air bersih pada saat musim kemarau.

Air hujan dapat ditampung di tandon air, sumur, bahkan dengan membuat kolam penampungan beralaskan terpal.

“Di negara maju memanen air hujan bukan lagi dianggap sebagai teknologi kuno, tradisional, ndeso. Kita harus memanen hujan itu keren dan orang-orang negara maju di Australia, Amerika, Jerman itu sekarang banyak menggunakan air hujan sebagai tambahan,” kata Agus.

Agus menjelaskan sumber air di sepanjang alur sungai yang mengering pada saat kemarau dapat ditemukan di tebing dan kaki tebing sungai. Masyarakat dapat membuat sumuran di tengah sungai atau membuat instalasi bor air di tengah atau pinggir sungai kering tersebut. (Sumber:voaindonesia.com)

 

 

Berita Terkait

Dahlan Iskan Trending Diduga Singgung Danantara, Apa sih Danantara?
Brian Yuliarto Dikabarkan akan Dilantik sebagai Mendiktisaintek, Gantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro?
Istri Ketua DAD Barut Laporkan Seorang Pemuda ke Polisi Dugaan Kasus Pencemaran nama Baik
Aktivis 98 dan Mantan Aktivis BEM SI Minta Mahasiswa Obyektif dan Rasional dalam Menilai Kebijakan Pemerintah
Kemenkeu Beberkan Anggaran Prioritas 2025: Dorong Perekonomian Indonesia!
Waspada Pinjol Ilegal! Kenali Ciri-cirinya agar Tak Terjebak
Pelaku Pemalakan Sopir di Cengkareng Berhasil Diringkus Polisi, Uang Dipakai Jajan Sabu
Presiden Prabowo Bakal Buat PP untuk Basmi Judi Online
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 19 Februari 2025 - 15:44 WIB

Dahlan Iskan Trending Diduga Singgung Danantara, Apa sih Danantara?

Rabu, 19 Februari 2025 - 14:33 WIB

Brian Yuliarto Dikabarkan akan Dilantik sebagai Mendiktisaintek, Gantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro?

Rabu, 19 Februari 2025 - 07:54 WIB

Istri Ketua DAD Barut Laporkan Seorang Pemuda ke Polisi Dugaan Kasus Pencemaran nama Baik

Rabu, 19 Februari 2025 - 07:36 WIB

Aktivis 98 dan Mantan Aktivis BEM SI Minta Mahasiswa Obyektif dan Rasional dalam Menilai Kebijakan Pemerintah

Rabu, 19 Februari 2025 - 06:58 WIB

Kemenkeu Beberkan Anggaran Prioritas 2025: Dorong Perekonomian Indonesia!

Selasa, 18 Februari 2025 - 19:48 WIB

Pelaku Pemalakan Sopir di Cengkareng Berhasil Diringkus Polisi, Uang Dipakai Jajan Sabu

Selasa, 18 Februari 2025 - 19:32 WIB

Presiden Prabowo Bakal Buat PP untuk Basmi Judi Online

Selasa, 18 Februari 2025 - 19:30 WIB

Kedatangan Ronaldo ke Kupang Ditunda, Jadi Kapan?

Berita Terbaru