1tulah.com,BUNTOK-Keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) sangat strategis dalam mengatasi pengangguran di daerah. Melalui pembangunan ekosistem dan transformasi Balai Latihan Kerja (BLK), dapat mengatasi tantangan yang dihadapi pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan, khususnya di wilayah Kabupaten Barito Selatan (Barsel).
“Sebab, pembangunan ekosistem dan transformasi BLK di dalam komunitas, merupakan salah satu kebijakan yang dinilai dapat menyasar, dan menghadapi permasalahan di lapangan, serta dapat mengurangi angka pengangguran,” ujar Teguh Budi Leiden Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Barsel kepada wartawan saat di wawancarai di kantornya, Jumat (4/11/2022).
Ia menjelaskan, asal muasal keberadaan BLK berawal dari ide awal pembentukan Pusat Latihan Kerja Program Pelatihan (PPKPI) bidang industri pada tahun 1953 dan pada tahun 1960.
Selanjutnya, ujarnya, PPKPI diarahkan menjadi Pelatihan Pencari Kerja Pegawai, Instansi agar menjadi tenaga kerja yang memiliki keterampilan.
Pada tahun 1970, lanjutnya, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan dari PPKPI menjadi BLK di bawah pembinaan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.
“Dan sejak otonomi daerah BLK kemudian berubah menjadi Balai Latihan Kerja Daerah (BLKD) berada di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Disnaker di masing-masing daerah di Indonesia,”jelasnya.
Ia menerangkan, BLK adalah prasarana dan sarana tempat pelatihan untuk mendapatkan keterampilan atau yang ingin mendalami keahlian dibidangnya masing-masing.
Secara, lanjutnya, umum keberadaan BLK adalah untuk membuka beberapa bidang kejuruan seperti, kejuruan teknik sepeda motor atau otomotif, teknisi komputer, operator komputer, tata busana, teknik menjahit, tata boga dan teknik lain sebagainya.
“Semua kejuruan itu akan menjawab permasalahan pengangguran kita yang masih didominasi tamatan sekolah menengah,” terangnya.
Ia mengatakan, bahwa BLK sendiri memiliki tiga fokus program latihan kerja, yang pertama fokus pada peningkatan kompetensi tenaga kerja informal dengan tingkat pendidikan sekolah menengah ke bawah.
Kedua kurikulum pendidikan vokasi yang disusun BLK harus dapat menjawab kebutuhan industri saat ini untuk membangun link and match ketenagakerjaan.
“Ketiga, BLK dapat menyegarkan keterampilan para pekerja yang sudah tidak relevan dengan kebutuhan industri, seperti sistem pendidikan vokasi, dan inilah yang dibutuhkan di era disrupsi digital saat ini,” kata pria yang akrab disapa Teguh ini.
Di samping itu, ia juga berharap kepada seluruh BLK yang ada di Kalimantan Tengah agar dapat membantu serta mengarahkan para peserta didiknya untuk memahami keahlian apa saja yang dibutuhkan dunia kerja saat ini, sehingga BLK berfungsi efektif membentuk kompetensi, produktivitas, kemandirian, dan daya saing pekerja semakin tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan pasar dan industri masa depan.
“Sehingga para peserta yang sudah lulus mampu bertahan di masa depan, dengan meningkatkan penguasaan dan keterampilan di berbagai bidang termasuk penguasaan teknologi informasi dan kemampuan berbahasa asing agar dapat berkompetensi hingga dapat menjadi pemenang dalam persaingan SDM baik di Indonesia maupun global,” kata Teguh Budi Leiden. (Alifansyah)