1tulah.com, BANDUNG – Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bandung, Jawa Barat akan mengajukan pembekuan izin operasional lembaga pendidikan yang menjadi lokasi pencabulan belasan santri perempuan di bawah umur.
Hal tersebut ditegaskan oleh Kepala Kemenag Kota Bandung, Tedi Ahmad Junaedi, Kamis 9 Desember 2021.
Sejak perkara perkosaan kasus terbongkar, pesantren pun ditutup. Segala aktivitasnya dihentikan.
“Oknum tersebut akhlaknya bejat sehingga bisa merugikan santri dan komunitas pondok pesantren,” katanya.
Dengan kejadian ini, Tedi meminta pengelola yayasan pesantren untuk lebih teliti dalam merekrut tenaga pendidik atau pengurus.
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung, Asep Ahmad Fathurrohman meminta pelaku dihukum berat, dan korban mendapat pendampingan berkelanjutan.
Terlebih, korban adalah anak di bawah umur. Masa depan dan cita-cita mereka harus diupayakan untuk tidak terenggut.
“Apalagi anak di bawah umur harus diberikan pemahaman dan (dorongan) mental,” katanya.
Asep juga mengingatkan masyarakat agar jangan abai terhadap anak.
Pemerkosaan terhadap belasan santri ini dijalankan oleh pelaku yang disebut-sebut sebagai pemilik dan pengurus sebuah pesantren di Bandung.
Berdasarkan laporan yang dihimpun pihak Partai Solidaritas Indonesia (PSI), santri perempuan yang menjadi korban rata-rata berusia belasan (13-16 tahun).
Delapan koban telah melahirkan bayi. Satu santri ada yang telah melahirkan dua bayi.
Ketua DPD PSI Kota Bandung Yoel Yosaphat mengatakan, ia sudah mendatangi beberapa keluarga korban.
Para korban, katanya, kebanyakan dari luar Kota Bandung. Beberapa korban yang ditemui berasal dari Kabupaten Garut.
“Kita ketemu korban, saksi. Awalnya ada saksi curhat, akhirnya kita telusuri. Kebanyakan luar Kota Bandung korbannya. Yang bisa kami temui di Garut,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, kasus kini sudah bergulir di Pengadilan Negeri Bandung, memasuki sidang ketujuh pemeriksaan saksi.
“Sudah masuk pengadilan sidang ketujuh. Pemeriksaan saksi, korban belum. Kemungkinan korban ada yang tidak terdata. Bisa saja aslinya lebih dari 13 korban,” katanya.*
Sumber: SuaraJabar.id/Suara.com