1TULAH.COM-Pasar kripto kembali bergairah. Harga Bitcoin (BTC) berhasil menembus level psikologis US$102.000, atau setara dengan Rp1,6 miliar lebih, setelah rilis data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat untuk Desember 2024. Kenaikan ini terjadi setelah inflasi tahunan tercatat di angka 2,9%, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Mengapa Bitcoin Melonjak?
Lonjakan harga Bitcoin ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Inflasi Terkendali: Data CPI yang sesuai dengan ekspektasi pasar menunjukkan bahwa inflasi di Amerika Serikat masih terkendali. Hal ini meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan lebih fleksibel dalam menerapkan kebijakan moneter, termasuk kemungkinan penurunan suku bunga.
- Sentimen Positif Investor: Investor semakin yakin bahwa Bitcoin dapat menjadi aset lindung nilai yang baik di tengah ketidakpastian ekonomi global.
- Kinerja Aset Kripto Lainnya: Tidak hanya Bitcoin, sejumlah aset kripto lainnya seperti Ethereum, XRP, Solana, dan XLM juga mengalami kenaikan signifikan.
Analisis Lebih Dalam
Meskipun inflasi sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun data inti CPI yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi justru menunjukkan penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan inflasi secara keseluruhan masih terkendali.
Kondisi ini semakin memperkuat keyakinan investor bahwa Bitcoin dan aset kripto lainnya masih memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi di masa depan.
Indikator Fear and Greed Index untuk pasar kripto saat ini berada di level 75, menunjukkan dominasi sentimen “greed” atau optimisme yang kuat di kalangan investor. Hal ini mengindikasikan bahwa investor semakin percaya diri untuk berinvestasi di pasar kripto.
Dengan kondisi pasar saat ini, tidak menutup kemungkinan Bitcoin akan terus melanjutkan tren kenaikannya. Namun, para investor tetap perlu waspada terhadap berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pasar kripto, seperti regulasi pemerintah dan gejolak geopolitik. (Sumber:Suara.com)