Industri Penerbangan Indonesia Mulai Pergunakan Bahan Bakar Jet Campuran Minyak Sawit

- Jurnalis

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 16:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ILUSTRASI - Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia di tarmac Terminal 3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, 28 April 2017. (REUTERS/Darren Whiteside)

ILUSTRASI - Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia di tarmac Terminal 3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, 28 April 2017. (REUTERS/Darren Whiteside)

1TULAH.COM-Negara Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar minyak kelapa sawit dunia, mulai melakukan inovasi, dengan mencampurkan minyak sawit dengan bahan bakar jet.

Penggunaan bioavtur ini telah diujicobakan ke industri penerbangan Indonesia.Dengan melakukan penerbangan komersial pertamanya menggunakan bahan bakar jet yang dicampur dengan minyak sawit atau bioavtur,  Jumat (27/10/2023).

Penerbangan ini merupakan bagian dari upaya Indonesia, sebagai produsen sawit terbesar di dunia, dalam mendorong penggunaan bahan bakar nabati atau biofuel, secara lebih luas untuk mengurangi impor bahan bakar.

Dioperasikan oleh maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia, pesawat Boeing 737-800NG membawa lebih dari 100 penumpang dari Jakarta ke Solo yang berjarak sekitar 550 kilometer, kata CEO Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.

“Kami akan berdiskusi lebih lanjut dengan Pertamina, Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), dan pihak lain untuk memastikan bahan bakar ini layak secara komersial,” kata Irfan dalam upacara seraya menambahkan bahwa pesawat tersebut rencananya akan kembali ke Jakarta pada Jumat malam.

Baca Juga :  Gubernur DKI Niat Bangun Pulau Kucing di Wilayah Kepulauan Seribu

Garuda melakukan beberapa tes termasuk uji penerbangan bahan bakar baru tersebut awal bulan ini, dan uji darat mesin pada Agustus.

Bahan bakar jet campuran minyak sawit ini diproduksi oleh Pertamina di kilang Cilacap, menggunakan teknologi HEFA (hydroprocessed esters and fatty acid), dan terbuat dari minyak inti sawit yang telah dimurnikan dan dihilangkan baunya.

Pertamina mengatakan bahan bakar berbahan dasar kelapa sawit mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca, yang menyebabkan pemanasan atmosfer dibandingkan dengan bahan bakar fosil, dan negara-negara produsen minyak kelapa sawit telah menyerukan agar minyak nabati itu, dimasukkan dalam bahan baku produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF).

“Pada tahun 2021, Pertamina berhasil memproduksi SAF jenis 2.0 di unit Cilacap dengan menggunakan teknologi co-processing, dan terbuat dari minyak inti sawit olahan yang telah dimurnikan dan dhilangkan baunya dengan kapasitas produksi 1.350 kiloliter per hari,” kata Alfian Nasution, Direktur Pertamina.

Sementara itu, Harris Yahya, Direktur Panas Bumi di Kementerian ESDM mengatakan penggunaan biofuel akan menurunkan efek rumah kaca.

Baca Juga :  Penguatan Tata Kelola Pemerintahan: Kunci Mewujudkan Good Governance di Kalimantan Tengah

Industri penerbangan, yang merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, sedang mencari cara untuk mengurangi jejak karbonnya dengan menggunakan bahan bakar alternatif.

Para ahli mengatakan industri ini akan membutuhkan 450 miliar liter SAF per tahun pada 2050, jika bahan bakar tersebut ingin dianggap berkontribusi sekitar 65 persen dalam upaya mitigasi mencapai target net-zero.

Namun beberapa negara telah menyampaikan kekhawatirannya mengenai potensi deforestasi dalam produksi minyak sawit dari perkebunan. Uni Eropa telah memberlakukan pembatasan impor terhadap komoditas tersebut.

Pada 2021, Indonesia melakukan uji terbang dengan bahan bakar yang sama pada pesawat buatan Dirgantara Indonesia. Pesawat itu terbang dari kota Bandung, Jawa Barat, menuju ibu kota Jakarta.

Indonesia telah memerintahkan pencampuran biofuel sebesar tiga persen pada bahan bakar jet selambatnya pada 2020, tetapi implementasinya tertunda. (Sumber:voaindonesia.com)

 

 

 

 

Berita Terkait

Penguatan Tata Kelola Pemerintahan: Kunci Mewujudkan Good Governance di Kalimantan Tengah
Karau Kuala Gelar Festival Ramadhan 1446H: Ajang Talenta Islami Pelajar SD/SMP!
Mantan Polisi Polda Sumut Jadi Tersangka Pemerasan Dana SMK, Polri Usut Tuntas!
7 Rekomendasi Mukena Lebaran 2024: Ibadah Nyaman Sekaligus Tampil Modis
Owner Wong Solo Grup Laporkan Pengusaha Atas Dugaan Penipuan Investasi Ratusan Miliar
Ratusan Warga Gaza Tewas, Indonesia Kecam Serangan Udara Israel di Bulan Suci Ramadan
KPU Akan Lakukan PSU di 4 Wilayah Akhir Maret
Gaji Rp 4 Juta, Apakah Wajib Zakat Mal? Ini Penjelasan Lengkapnya!
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 19 Maret 2025 - 15:53 WIB

Penguatan Tata Kelola Pemerintahan: Kunci Mewujudkan Good Governance di Kalimantan Tengah

Rabu, 19 Maret 2025 - 13:11 WIB

Karau Kuala Gelar Festival Ramadhan 1446H: Ajang Talenta Islami Pelajar SD/SMP!

Rabu, 19 Maret 2025 - 12:54 WIB

Mantan Polisi Polda Sumut Jadi Tersangka Pemerasan Dana SMK, Polri Usut Tuntas!

Rabu, 19 Maret 2025 - 08:01 WIB

Owner Wong Solo Grup Laporkan Pengusaha Atas Dugaan Penipuan Investasi Ratusan Miliar

Rabu, 19 Maret 2025 - 07:50 WIB

Ratusan Warga Gaza Tewas, Indonesia Kecam Serangan Udara Israel di Bulan Suci Ramadan

Selasa, 18 Maret 2025 - 20:33 WIB

KPU Akan Lakukan PSU di 4 Wilayah Akhir Maret

Selasa, 18 Maret 2025 - 18:04 WIB

Gaji Rp 4 Juta, Apakah Wajib Zakat Mal? Ini Penjelasan Lengkapnya!

Selasa, 18 Maret 2025 - 16:29 WIB

Kasus Jual Beli Gas PGN, KPK Ungkap Alasan Periksa Sejumlah Mantan Dirut

Berita Terbaru

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Murung Raya (Mura) mengikuti rapat Monitoring dan Evaluasi (Monev) pelaksanaan pengukuran Indeks Harmoni Indonesia (IHaI) 2025, Rabun (18/03/2025)

Daerah

Pemkab Mura Ikuti Rapat Monev Indeks Harmoni Indonesia

Rabu, 19 Mar 2025 - 09:24 WIB