1TULAH.COM-Suku Jawa merupakan mayoritas di Negara ini. Realitas ini sangat berdampak signifikan pada keputusan-keputusan birokratis, terlebih politik.
Dalam ranah politik, Suku Jawa menentukan andil sangat besar dalam menentukan elektabilitas seseorang. Kekuatan suku Jawa ini, semakin digdaya dalam demokrasi langsung.
Hampir setiap kandidat atau calon pemilihan kepala daerah hingga presiden, suara Suku Jawa menjadi faktor penentu kemenangan. Bahkan, dalam Pilpres 2024 mendatang, Capres dari suku Jawa mempunyai elektabilitas tinggi, dalam hal ini adalah elektabilitas Ganjar Pranowo yang dianggap seagai Tiyang Jawi tulen, dibandingkan Anies Baswedan maupun Prabowo Subianto.
Nah, jelang Pemilu 2024, Voxpol Research & Consulting Center merilis hasil survei terkait pendapat publik terkait presiden yang berasal dari suku Jawa. Apa hasilnya?
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengungkap mayoritas publik yakni sebanyak 53,5 persen tidak setuju jika presiden harus berasal dari suku Jawa.
Sementara itu, sebanyak 38,3 persen responden lainnya setuju jika presiden harus berasal dari suku Jawa. Adapun 8,2 persen responden sisanya menjawab tidak tahu/tidak jawab.
“Masih besar memang 38 persen menginginkan orang Jawa menjadi presiden,” kata Pangi saat acara rilis survei di Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Anggota Komisi VII DPR RI Adian Napitupulu yang hadir sebagai pembicara mengamini temuan hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil survei tersebut menunjukkan kualitas demokrasi di tengah masyarakat yang semakin membaik.
“Berikutnya orang tidak akan bertanya suku mu dari mana etnis mu dari mana, ketika kau mau memperjuangkan masyarakat kau berpotensi untuk menang dari tempat itu walaupun kau bukan tidak berasal dari etnis tempat itu,” tuturnya.
Ia menilai masyarakat harus berani membuka peluang sebesar-besarnya bagi kemungkinan presiden yang tidak hanya berasal dari suku Jawa sebagai pendewasaan bangsa Indonesia.
“Kalau menurut saya kalau kita konsisten dengan republik Indonesia itu terjadi,” ucapnya.
Survei Voxpol Center Research & Consulting yang dilakukan pada 22 Oktober-7 November dilakukan terhadap 1.220 responden menggunakan multistage random sampling. Survei ini memiliki toleransi atau batas kesalahan (margin of error) sekitar 2,81 persen.
Usia responden yang dijadikan sampel adalah 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka secara langsung dengan responden menggunakan kuesioner. (Sumber:suara.com)