1tulah.com, MUARA TEWEH- Kampanye Petroleum gas (LPG) atau elpiji bersubsidi untuk masyarakat kelas menengah kebawah hanya menjadi angan-angan. Kenapa? Penyalurannya elpiji bersubsidi 3 kilogram ini, di Barito Utara tidak tepat sasaran. BIsa jadi ini penyebab harga dipasaran melonjak dan tak sesuai HET.
Kepala Dinas Perindurstrian, Perdagangan dan Pasar (Disprindagsar) Barito Utara melalui Kabid nya, Juni Rantetampang, tak menampik jika distribusi gas bersubsidi di Barito Utara pada kenyataanya salah sasaran.
“Distribusi gas 3 kg ini memang salah sasaran. Pelakunnya kebanyakan membuntuti mekanisme pasar, contohnya seperti yang berlaku pada gas 15 dan 12 kg. Tapi itu sebenarnya keliru,” ungkap Juni ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (10/5/2021).
Menurntya, sasaran tak tepat dan harga tidak wajar dalam pendistribusian gas bersubsidi tersebut di sebabkan dari oknum tertentu yang bermain, biasanya itu terjadi dari pagkalan ke kios-kios ada pihak ketiga. Padahal tindakan tersebut sebenarnya tidak dibenarkan.
Pihaknya, kedepan, akan melakukan pengawasan mulai dari stasiun pengisian Bulk LPG (SPBE) hingga ke pangkalan.
“Sebenarnya untuk mengawasi gas elpiji 3 kg tidak hanya Disprindag saja, melainkan ada kepolisian dan dinas terkait. Karena apabila terjadi penyelewengan dilapangan kami tidak memiliki penyidik untuk mengusut tindakan tersebut,” tuturnya.
Juni juga memaparkan pada tahun 2021, kabupaten Barito Utara akan segera mendapatkan kuota sebanyak 2.203 metrik ton disalurkan ke 2 agen dan sekitar 64 pangkalan.
“Besar harapan kami agar kuota bisa tepat sasaran dan tepat sasaran,” pungkasnya.
Terkait dengan runyamnya permasalahan penyaluran gas elpiji bersubsidi ini, 1tulah.com mendatangi sejumlah pangkalan ataupun pengecer yang ada di Kota Muara Teweh. Sejumlah kendala dikisahkan, mulai dari pendistribusian yang tidak menentu, hingga harga yang tidak wajar.
Salah satu sumber yang tidak mau disebutkan namanya ini mengungkapkan, sudah lima hari gas tidak ada. “Kalau toh seandainya kami jual ke eceran, kami jual dengan harga 33 ribu, karena ambilan kami berkisar antara 27-28 ribu rupiah, kata pengelola pangkalan ini.
Dia juga membocorkan, kalau jatah elpiji bersubsidi jumlahnya 100 tabung, tetapi diturunkan 1 truk atau 560 tabung gas elpiji 3 kg bersubsidi.
“Kalau di DO-nya berjumlah 100, tetapi yang diturunkan 1 truk,” terangnya.
Sangat disayangkan seharusnya pendistribusian elpiji yang seharusnya dialokasikan untuk masyarakat yang berhak ternyata di eceran atau kios-kios pun harganya melejit dan stoknya juga tidak pasti.
Salah satu penjual alias pengecer elpiji 3 kg di Pasar Dermaga yang juga minta namanya tidak dipublikasi mengatakan, sudah 1 minggu lebih belum ada gas yang masuk ketempat kami, sebelumnya dia menjual gas LPG 3 kg seharga Rp36.000 rupiah.
“Harga gas elpiji 3 kg kami jual seharga 45.000, harganya melonjak naik dari harga biasanya,” ungkap ibu Amah seorang pengecer tabung gas. (Rif/mg)