Kereta Tanpa Rel IKN Dikembali ke China, Sejarah Bantuan Traktor di Era Jokowi Terulang

1TULAH.COM-Proyek ambisius pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) kembali menuai sorotan. Kali ini, kegagalan proyek transportasi pintar menjadi perbincangan hangat.

Kereta tanpa rel atau Autonomous Rail Transit (ART), yang baru saja mulai beroperasi pada 17 Agustus 2024, ternyata tidak berjalan sesuai harapan. Setelah melalui evaluasi menyeluruh, Otorita IKN memutuskan untuk mengembalikan rangkaian kereta tersebut ke negara asalnya, China.

Kondisi ini hamper sama seperti proyek bantuan  traktor pada masa Presiden Jokowi yang digadang-gadang sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Namun, realitanya jauh dari ekspektasi. Karena, traktor yang secara simbolik sudah diberikan kepada petani ditarik kembali.

Alasan di Balik Kegagalan ART

Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN, Mohammed Ali Berawi, menjelaskan bahwa sistem otonom dari kereta tanpa rel ini belum dapat berfungsi dengan baik. “Hasil dari penilaian PoC ditemukan bahwa sistem autonomous dari trem otonom belum dapat berfungsi dengan baik,” ujarnya.

Kegagalan ini tentu menjadi pukulan telak bagi upaya pemerintah dalam mewujudkan IKN sebagai kota pintar yang berkelanjutan. Pasalnya, ART diharapkan menjadi salah satu ikon transportasi masa depan di Indonesia.

Implikasi Gagalnya Proyek ART

Kegagalan proyek ART ini menimbulkan sejumlah pertanyaan:

• Bagaimana kualitas pengawasan proyek? Kegagalan ini menimbulkan pertanyaan tentang kualitas pengawasan proyek oleh pihak terkait.
• Apa dampaknya bagi anggaran negara? Proyek ART yang gagal tentu akan menimbulkan kerugian finansial bagi negara.
• Bagaimana nasib transportasi publik di IKN? Kegagalan ART ini tentu menghambat pengembangan sistem transportasi publik yang efisien di IKN.

Kegagalan proyek ART ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek infrastruktur besar. Ke depan, pemerintah perlu melakukan kajian yang lebih mendalam dan melibatkan berbagai pihak ahli sebelum memutuskan untuk mengadopsi teknologi baru. (Sumber:Suara.com)