1TULAH.COM – Proyek pembangunan Tol Gilimanuk – Mengwi di Bali yang direncanakan menjadi jalan tol kedua di provinsi tersebut setelah Tol Bali Mandara, telah mengalami berbagai kendala yang menyebabkan proyek ini mangkrak sejak 2022.
Setelah peletakan batu pertama pada September 2022 dan dimulainya beberapa pekerjaan di wilayah Pekutatan, pembangunan jalan tol ini tidak berlanjut, dan tidak ada perkembangan signifikan di wilayah Mengwi dan Gilimanuk.
PT Jagat Kerti Bali, yang merupakan konsorsium pemenang lelang proyek ini, mundur dengan alasan ketidakmampuan untuk memenuhi pembiayaan atau financial close pada tahun 2022. Ini menyebabkan proyek menjadi mangkrak dan tidak mengalami kemajuan.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) telah berupaya untuk melelang ulang proyek tol sepanjang 96,84 kilometer ini dengan perkiraan nilai investasi Rp 24,98 triliun pada 30 April 2024.
Namun, lelang ulang tersebut juga gagal dan tidak menghasilkan progres yang jelas. Pada tahap prakualifikasi yang diumumkan pada 22 Mei 2024, tidak ada peserta yang lolos.
Saat ini, Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur (DJPI) Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR sedang mengevaluasi skema pengusahaan proyek ini, termasuk aspek teknis, keuangan, dan pengaturan, dengan target untuk melanjutkan lelang berdasarkan rekomendasi yang diharapkan akan diterima pada awal Agustus 2024.
Proyek Tol Gilimanuk – Mengwi merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021.
Proses transaksi dari proyek ini dimulai sejak pengumuman prakualifikasi pada tanggal 25 Februari 2021.
Pada 23 Februari 2022, Konsorsium PT Sumber Rhodium Perkasa, PT Cipta Sejahtera Nusantara, dan PT Sentosa Dwi Agung diumumkan sebagai pemenang lelang.
Setelah pengumuman pemenang, pada 8 Maret 2022 dilakukan penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol antara PT Tol Jagat Kerthi Bali dengan Kepala BPJT, serta perjanjian penjaminan dan regres dengan PT PII.
Jalan Tol Gilimanuk – Mengwi ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas dari Pelabuhan Gilimanuk hingga ke Metropolitan Sarbagita yang sering mengalami kemacetan, dan mempercepat arus transportasi barang serta transportasi masal di Bali Barat dan Bali Timur.
Namun, setelah peletakan batu pertama pada September 2022, proyek ini tidak menunjukkan kemajuan berarti dan tetap mangkrak hingga kini.
Penulis : Dedy Hermawan