Derita Perempuan dan Anak-anak Rohingya: Korban Selamat Pembantaian Militer Myanmar

- Jurnalis

Kamis, 12 Januari 2023 - 06:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perempuan dan anak-anak etnis Rohingya duduk di dekat api unggun di pantai setelah perahu mereka terdampar di Pulau Idaman di Aceh Timur, Jumat malam, 4 Juni 2021, setelah meninggalkan kamp pengungsi di Bangladesh. (Foto: AP/Zik Maulana/voaindonesia.com)

Perempuan dan anak-anak etnis Rohingya duduk di dekat api unggun di pantai setelah perahu mereka terdampar di Pulau Idaman di Aceh Timur, Jumat malam, 4 Juni 2021, setelah meninggalkan kamp pengungsi di Bangladesh. (Foto: AP/Zik Maulana/voaindonesia.com)

Saat mesin perahu mogok setelah berlayar selama 10 hari, para penumpang dihinggapi rasa cemas. Penderitaan itu menjadi semakin buruk ketika 19 dari rombongan pengungsi melompat ke air setelah melihat perahu lain.

Mereka berharap mendapatkan bantuan. Ironisnya, tidak ada yang membantu mereka, dan akhirnya mereka tenggelam di laut karena tidak bisa berenang kembali ke perahu mereka sendiri.

Saudara laki-laki Nesa, Mohammed Rezuwan Khan, sesekali berbicara dengannya melalui telepon dari Bangladesh. “Saya bilang ke adik saya dan penumpang lain untuk minta tolong dengan melambai-lambaikan tangan sambil memegang kain, setiap kali melihat perahu lain. Hati kami hancur ketika kami mendengar bahwa tidak ada yang menyelamatkan mereka,” kata Khan kepada VOA melalui telepon.

Saat Begum berdoa agar kapal putrinya terdampar di mana saja di muka Bumi ini selama dia bertahan hidup, asa Nesa dan rekan penumpangnya perlahan pupus.

“Teriakan dan lambaian tangan yang terus menerus, tanpa makanan atau air selama 13 hari, benar-benar menghabiskan energi kami. Dua puluh enam penumpang meninggal dunia,” kata Nesa. “Pada satu titik, kami semua menyerah mencoba mendapatkan bantuan. Kami pergi ke kabin dan berbaring diam di sana. Tidak terucapkan, tapi mungkin semua orang sedang menunggu kematian di atas kapal. Saya tidak berhenti berdoa.”

Baca Juga :  Program Indonesia Pintar (PIP) 2025: Dampaknya Terhadap Peran Guru di Lapangan

Jawaban atas doa Begum datang dalam bentuk panggilan video dari Nesa pada 26 Desember. Nesa, putrinya, dan sekitar 172 orang lainnya baru saja diselamatkan oleh nelayan dan otoritas lokal di Aceh, menurut badan pengungsi PBB. Begum menangis lega.

“Keimanan saya kepada Allah semakin kuat setelah melewati cobaan ini,” kata Nesa. “Saya percaya saya akan segera mencapai Malaysia.”

Akhir-akhir ini, Malaysia sangat ketat dalam memberlakukan peraturan terhadap pengungsi Rohingya. Negara itu tidak mengizinkan kapal pengungsi mendarat di pantainya. Jadi, kapal yang membawa Rohingya berputar haluan untuk mencapai Indonesia.

Dari Indonesia, dengan bantuan para oknum penyelundup manusia, menggunakan jalur rahasia, para pengungsi itu menyelinap masuk ke Malaysia. Selama beberapa bulan, mereka mengikuti strategi ini untuk bisa masuk ke Negeri Jiran tersebut.

Baca Juga :  Bill Gates Ungkap Sumbangan Fantastis untuk Amal: "Saya Telah Memberikan Lebih dari 100 Miliar Dolar!"

Indonesia bukanlah tujuan akhir para pengungsi. Namun karena letak Malaysia sangat dekat dengan Indonesia, seperti semua pengungsi lainnya, Nesa merasa sudah hampir mencapai Malaysia.

Di Bangladesh, keluarga Nesa takut mengirim Habiba melalui perjalanan via laut yang ilegal dan berbahaya seperti yang dilakukan ibunya.

Saudara laki-laki Nesa menceritakan panggilan telepon yang dia lakukan baru-baru ini kepadanya dari Indonesia.

Dengan bersemangat, Nesa berkata, “Bicaralah dengan orang-orang dari Bangladesh. Saya berbicara dengan mereka dari Indonesia, dengan satu pertanyaan: bagaimana keluarga kami bisa bersatu kembali?

“Putri saya baru berusia 7 tahun. Dia tidak dapat melakukan perjalanan laut ilegal yang penuh dengan bahaya ini. Saya memohon kepada masyarakat internasional untuk mengatur agar Habiba dapat secara legal melakukan perjalanan ke Malaysia dari Bangladesh dan bersatu kembali dengan Salima dan saya. Ini harapan seorang ibu,” kata Nesa. (Sumber:voaindonesia.com)

Berita Terkait

Daud Yordan Siap Kembali ke Ring Tinju, Tantang George Kambosos Jr di Australia
Efisiensi Anggaran 2025: BKN Terapkan Skema Kerja 2 Hari WFA dan 3 Hari WFO
Terungkap! Koleksi Mobil Mewah Isa Rachmatarwata, Eks Anak Buah Sri Mulyani yang Terjerat Kasus Korupsi Jiwasraya
DPRD Kalteng Jadwalkan Rapat Paripurna Penetapan Gubernur Kalteng Terpilih
Anggota DPRD Kalteng Desak Pemprov Segera Perbaiki Jalan Lingkar Selatan Sampit yang Rusak Parah
Persis Solo Bangkit dari Jurang Degradasi dengan Kemenangan Dramatis atas Persebaya Surabaya
Insentif Pajak Kendaraan Listrik 2025: Dorong Penggunaan Mobil Ramah Lingkungan
Soal Tuduhan Homoseksualitas dan ‘Percakapan Tak Bermoral’, Hamas Hukum Mati Anggotanya Sendiri

Berita Terkait

Sabtu, 8 Februari 2025 - 15:10 WIB

Daud Yordan Siap Kembali ke Ring Tinju, Tantang George Kambosos Jr di Australia

Sabtu, 8 Februari 2025 - 14:56 WIB

Efisiensi Anggaran 2025: BKN Terapkan Skema Kerja 2 Hari WFA dan 3 Hari WFO

Sabtu, 8 Februari 2025 - 09:55 WIB

Terungkap! Koleksi Mobil Mewah Isa Rachmatarwata, Eks Anak Buah Sri Mulyani yang Terjerat Kasus Korupsi Jiwasraya

Sabtu, 8 Februari 2025 - 06:17 WIB

DPRD Kalteng Jadwalkan Rapat Paripurna Penetapan Gubernur Kalteng Terpilih

Sabtu, 8 Februari 2025 - 06:03 WIB

Anggota DPRD Kalteng Desak Pemprov Segera Perbaiki Jalan Lingkar Selatan Sampit yang Rusak Parah

Sabtu, 8 Februari 2025 - 05:54 WIB

Persis Solo Bangkit dari Jurang Degradasi dengan Kemenangan Dramatis atas Persebaya Surabaya

Sabtu, 8 Februari 2025 - 05:49 WIB

Insentif Pajak Kendaraan Listrik 2025: Dorong Penggunaan Mobil Ramah Lingkungan

Jumat, 7 Februari 2025 - 20:18 WIB

Soal Tuduhan Homoseksualitas dan ‘Percakapan Tak Bermoral’, Hamas Hukum Mati Anggotanya Sendiri

Berita Terbaru