1tulah.com, SAMPIT-Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) Bima Santoso menyoroti minimnya perbaikan atau pemeliharaan terhadap sejumlah lampu penerangan jalan umum (PJU) di daerah ini.
Menurutnya, PJU sendiri merupakan gambaran wajah Kotim di malam hari, di mana daerah yang merupakan kota besar dengan jumlah penduduk nomor dua di Kalimantan Tengah ini masih terlihat gelap gulita di malam hari.
Sekretaris Fraksi PKB DPRD Kotim ini juga menganggap keseriusan pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan selaku pelaksana teknis masih dipertanyakan, terutama dalam merawat dan mengelola penerangan jalan umum di pusat-pusat permukiman padat penduduk, pusat pelayanan atau kantor pemerintah dan juga akses-akses wisata dinilai masih menjadi pekerjaan rumah yang terkesan sulit untuk dikerjakan.
“Sepertinya dinas perhubungan kita ini belum mampu untuk memperhatikan lampu PJU di jalan utama, dan kantor-kantor pemerintah, akses menuju wisata baik itu mulai dari perbaikan dan juga pemeliharaan, kesannya sulit dan masih menjadi PR sampai dengan detik ini,” ungkap Bima Santoso kepada 1tulah.com di Sampit, Jumat (20/5/2022).
Bahkan Legislator Dapil I Kecamatan MB Ketapang ini menyebutkan, sampai dengan saat ini, beberapa titik lokasi lampu PJU yang mengalami kendala dan minim penerangan yakni kawasan jalan HM.Arsyad, Tjilik Riwut, Stadion, Bundaran, dan bahkan tempat-tempat strategis pusat wisata kota lainnya.
“Perlu kami tegaskan, penerangan di Bundaran sangat penting, terutama saat malam hari, kemudian tikungan, perempatan, dan juga lokasi-lokasi pemukiman atau yang jalur lintas tengah kota yang sepi, itu perlu di buat terang, kami minta Dishub dalam hal ini melakukan evaluasi terhadap kinerjanya sendiri,” timpalnya.
Ia juga menekankan, keberadaan lampu PJU merupakan salah satu sarana dan prasarana untuk menunjang keselamatan setiap pengendara dalam berkendara pada malam hari.
“Sebab kurangnya penerangan jalan rentan menjadi salah satu penyebab terjadi laka lantas dan bahkan tindakan kejahatan lainnya, disisi lain tempat-tempat wisata atau gedung olahraga juga rentan digunakan untuk tempat praktek negatif kalau dibiarkan dalam keadaan gelap, kita contohkan saja dulu di Museum Kayu, bagaimana disitu dulu di jadikan tempat praktek esek-esek, itu harus dijadikan pelajaran,” tutupnya.(Fit).