1tulah.com, JAKARTA – Budaya dan agama semata-mata tidak cukup kuat untuk melawan korupsi meskipun budaya memberi sanksi moral dan agama memberi ancaman hukuman di akhirat kepada koruptor.
Hal itu ditegaskan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena, dalam website seminar Obrolan Hati Pena #20 di Jakarta, Kamis 6 Januari 2022 malam membahas buku Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia karya Satrio Arismunandar.
Dalam diskusi yang dipandu Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani itu, Denny menunjukkan hasil survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2011. Survei itu menunjukkan, Kementerian Agama justru adalah lembaga yang paling korup, dari 22 instansi yang disurvei oleh KPK.
Berbagai survei dari beberapa lembaga internasional juga menunjukkan, di negara-negara di mana agama dianggap sebagai hal yang sangat penting, tingkat korupsi di pemerintahannya justru buruk. Sebut saja misalnya di India, Filipina, Arab Saudi, Thailand, dan Indonesia.
“Sebaliknya, negara-negara yang penduduknya tidak menganggap agama sebagai hal penting, justru adalah negara yang paling bersih dari korupsi,” ujar Denny. Tingkat korupsi di negara-negara itu sangat rendah.
Berdasarkan CPI (corruption perceptions index), ada top 10 negara yang dianggap paling bersih dari korupsi, yaitu Selandia Baru, Finlandia, Norwegia, Swiss, Swedia, Denmark, Belanda, Singapura, Luksemburg, dan Jerman.
“Di Denmark, misalnya, hanya 19 persen warganya yang menganggap agama itu penting. Namun negara itu justru termasuk paling bersih dari korupsi,” kata Denny. ***
Sumber: Siaran Pers Satupena