1tulah.com, JAKARTA – Naskah kuno La Galigo yang menjadi warisan abadi orang Bugis memiliki lima keistimewaan. Keistimewaan pertama adalah sejak 2011 ia diakui oleh UNESCO sebagai salah satu kekayaan dunia yang perlu dilindungi, dan bisa diakses secara universal lewat digitalisasi.
Hal itu dijelaskan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena sewaktu menanggapi Prof. Dr. Nurhayati Rahman, narasumber dalam diskusi membahas La Galigo di website seminar Obrolan Hati Pena #17 di Jakarta, Minggu 12 Desember 2021.
Dalam diskusi yang diadakan oleh Satupena itu, Denny mengatakan, keistimewaan kedua dari La Galigo adalah ia menjadi sastra kuno terpanjang di dunia.
La Galigo terdiri dari 360 ribu bait dan 6.000 halaman. Panjang La Galigo mengalahkan Mahabarata dari India.
Keistimewaan ketiga adalah La Galigo telah dipentaskan oleh sutradara ternama Amerika, Robert Wilson, di teater berbagai negara di dunia seperti Singapura, Italia, Spanyol, dan Belanda.
Selain itu, La Galigo meski adalah mitologi. La Galigo membawa nilai-nilai modern sepert: demokrasi dan kesetaraan gender.
Keistimewaan keempat, karya sastra yang berasal dari abad ke-14 ini dijadikan kitab suci agama lokal Tolotang di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.
La Galigo dijadikan ritus dan pandangan hidup.
Sedangkan keistimewaan kelima adalah La Galigo memperkenalkan lima jenis gender. Gender perempuan, laki-laki, calalai (bertubuh perempuan, tapi mengambil peran gender laki-laki), calabai (bertubuh laki-laki, tapi mengambil peran gender perempuan), dan bissu (gabungan dari semua gender). *