1tulah.com, JAKARTA – Novel Kincir Waktu, yang berlatar belakang peristiwa reformasi 1998, adalah bentuk kontribusi yang lebih lestari untuk generasi berikutnya.
Tujuannya, sebagai pengingat bangsa ini agar tidak mengulangi kesalahan dan kejadian serupa di masa depan.
Demikian novelis Akmal Nasery Basral, dalam website seminar yang diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena di Jakarta, Minggu 5 Desember 2021.
Diskusi itu membahas novel terbaru karya Akmal Nasery Basral, Kincir Waktu.
Seminar Obrolan Hati Pena #16, dengan narasumber Akmal Nasery Basral itu dipandu oleh Swary Utami Dewi dan Anick HT.
Akmal adalah lulusan FISIP Universitas Indonesia. Ia pernah lama bekerja sebagai wartawan di majalah berita Gamma, Gatra, dan Tempo.
Mengutip penulis asal Republik Ceko, Milan Kundera, Akmal menyatakan, novelnya itu adalah bagian dari perjuangan untuk “melawan lupa”.
Menurut Akmal, novelnya bisa disebut sebagai historical fiction, karena ada kejadian yang betul-betul terjadi dalam novelnya, sesuai fakta sejarah.
“Tetapi juga ada unsur fiksinya, karena novel ini bukanlah karya jurnalistik,” ujarnya.
Kalau disebut crime fiction juga bisa, karena ada unsur crime atau kejahatan dalam kerusuhan 1998, yang menjadi inspirasi novel ini.
Ada banyak warga yang terjebak dan tewas, di dalam sebuah mal yang dibakar pada waktu itu.
“Itu betul-betul kejahatan dalam skala besar,” kata Akmal tegas.
Sedangkan jika novel ini disebut political thriller, juga bisa, karena banyak sisi politik dalam peristiwa1998.
Banyak kelompok yang bertarung memperebutkan kekuasaan yang terbatas. *