Orang Berduit Takut Covid, Orang Pas-pasan Takut Kelaparan

- Jurnalis

Kamis, 22 Juli 2021 - 09:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bantuan Isolasi Mandiri

Bantuan Isolasi Mandiri

1tulah.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 telah menimbulkan kerusakan hebat di muka bumi ini. Mulai tatanan ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan, bahkan sampai psikologis manusia.

Pemerintah di berbagai negara membuat kebijakan yang mengarah kepada pengetatan interaksi. Mulai dari jarak fisik, jarak sosial, karantina, sampai isolasi yang terjangkit Covid-19.

Menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini, tidak semua orang memandang takut terhadap penyakit yang berbahaya ini. Ada yang takut bahkan sampai mengisolasi diri dari interaksi dengan manusia lain.

“Saya sekeluarga sudah lebih setahun ini memilih berdiam diri di rumah,” ujar Anto (57 tahun), salah seorang warga Jakarta Timur yang berstatus pensiunan BUMN dan punya rumah mentereng ini.

Dia mengaku bersama istri dan satu anaknya untuk tidak keluar rumah, sekalipun hanya belanja kebutuhan pokok ke toko sebelah. Dia memenuhi kebutuhan makan dan minumnya dibeli lewat online.

Bahkan begitu takutya terpapar virus, Anto juga memberhentikan perempuan pembantu rumah tangganya. Dia tidak mau berinteraksi dengan orang lain, selain keluarga intinya. Jadi urusan rumah dia tangani sendiri.

Dan, di Jakarta atau tempat lain banyak yang berlaku seperti Anto ini. Mereka memilih mengurung diri di rumah dan menjauh dari interaksi manusia.

Baca Juga :  DPRD Kalteng Kecewa, Kalteng Tak Terpilih Jadi Pilot Project MBG

Bagi orang-orang seperti ini, mengisolasi diri dari interaksi sosial bukan lah masalah, yang penting tidak terpapar, tetap sehat dan bisa bertahan hidup lebih lama.

Cara berlaku seperti Anto ini, kuncinya satu. Cadangan harta mereka sudah cukup bahkan lebih untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa bekerja keluar rumah atau berinteraksi sosial sekalipun.

Orang-orang berharta seperti ini wajar takut dengan pandemi Covid-19, apalagi sampai mati. Karena mereka punya kemampuan untuk bertahan menikmati hidup.

Bahkan untuk menyamankan hidup di rumahnya, aneka fasilitas hiburan seperti ruang karaoke, internet, sampai kolam renang segala tersedia.

Pendek kata, orang-orang seperti ini punya harta tak akan habis dimakan dalam jangka lama.

Berbeda halnya dengan prilaku sebagian anggota masyarakat yang tidak seberuntung Anto dalam menghadapi pandemi Covid-19 in. Mereka terkesan abai, karena masih juga berani berinteraksi ke sana-sini.

Mereka ke sana-sini bukan berarti abai, tapi mereka tidak punya pilihan baik dalam menghadapi wabah penyakit super menular ini.

Mereka maju kena mundur juga kena. Mereka memilih untuk keluar rumah dan berinteraksi secara sosial hanya untuk bertahan hidup meskipun berisiko terpapar penyakit.

Tetapi berdiam di rumah menghindari Covid-19 seperti Anto dan orang-orang berduit lainnya juga lebih buruk lagi. Mereka sekeluarga bisa mati kelaparan.

Baca Juga :  6 Rumah Ludes Terbakar di Gang Keramat Ampah Kota, Kerugian Capai Rp400 Juta

“Kalau saya kena Covid-19, karena harus mencari makan, saya ikhlas. Ini ikhtiar mempertahankan hidup juga,” kata Safii (41 tahun), yang sehari-hari berdagang sate keliling di Jakarta ini.

Bagi Safii, penyakit adalah cobaan yang mesti diobati. Jika diobati, dia akin akan sembuh.

“Seandainya gak sembuh dan meninggal, ya sudah ketentuan dari Allah mas,” katanya.

Safii dan banyak orang lainnya yang hidupnya pas-pasan dari hari ke hari, hidup di tengah pandemi Covid-19 adalah memilih yang buruk dari yang terburuk.

Jadi, kita juga tidak bisa menyalahkan manakala sebagian orang tak kuat bertahan hidup di rumah, karena mereka memang tidak punya cadangan hidup.

Dari cerita Anto dan Safii tadi, tentu seperti mewakili dua kelompok masyarakat Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Anto dan orang-orang berduit memilih hidup dalam keisolasian sosial, karena takut terpapar Covid-19 yang bisa fatal akibatnya, mati.

Safii dan orang-orang yang hidupnya pas-pasan memilih tetap berinteraksi sosial dengan risiko terpapar Covid-19. Baginya,  mati kelaparan lebih menakutkan daripada mati karena ikhtiar. *

Penulis: Krista Riyanto

 

 

 

Berita Terkait

Perempuan Kalteng Diajak Lebih Aktif dalam Pembangunan Daerah
Tingkatkan Moril-Profesionalisme, Prajurit Kodim 1001/HSU-BLG Terima Kaporlap dari Jenderal Maruli Simanjuntak 
Tukin Dosen ASN 2025 Tidak Cair, Ini Alasannya
Ingin Tampil Feminin dan Stylish? Contek Gaya Belle KISS OF LIFE!
Konflik Gaza Berakhir: Israel dan Hamas Tanda Tangani Gencatan Senjata
Patrick Kluivert Tantang Pemain Lokal Buktikan Diri, Sergio van Dijk Beri Pesan Menohok
Tirukan Suara Pemimpin Dunia dengan AI, PM Thailand Nyaris Tertipu
Kebakaran Besar Melanda Glodok Plaza, Pusat Hiburan di Lantai 7 dan 8 Ludes

Berita Terkait

Kamis, 16 Januari 2025 - 16:53 WIB

Perempuan Kalteng Diajak Lebih Aktif dalam Pembangunan Daerah

Kamis, 16 Januari 2025 - 15:21 WIB

Tingkatkan Moril-Profesionalisme, Prajurit Kodim 1001/HSU-BLG Terima Kaporlap dari Jenderal Maruli Simanjuntak 

Kamis, 16 Januari 2025 - 15:15 WIB

Tukin Dosen ASN 2025 Tidak Cair, Ini Alasannya

Kamis, 16 Januari 2025 - 12:59 WIB

Ingin Tampil Feminin dan Stylish? Contek Gaya Belle KISS OF LIFE!

Kamis, 16 Januari 2025 - 12:51 WIB

Konflik Gaza Berakhir: Israel dan Hamas Tanda Tangani Gencatan Senjata

Kamis, 16 Januari 2025 - 08:54 WIB

Patrick Kluivert Tantang Pemain Lokal Buktikan Diri, Sergio van Dijk Beri Pesan Menohok

Kamis, 16 Januari 2025 - 05:52 WIB

Tirukan Suara Pemimpin Dunia dengan AI, PM Thailand Nyaris Tertipu

Kamis, 16 Januari 2025 - 05:38 WIB

Kebakaran Besar Melanda Glodok Plaza, Pusat Hiburan di Lantai 7 dan 8 Ludes

Berita Terbaru

Potret Yuki Kato Main Tenis. (sumber: suara.com)

Entertainment

Mobil Artis Yuki Kato Dibobol Maling di Bogor: iPhone Hilang

Kamis, 16 Jan 2025 - 17:38 WIB